Berny Pieter semasa hidup. (Istimewa)

KISAH Pilu menimpa Berny Pieter, lulusan Universitas Klabat (Unklab) Airmadidi, Minahasa Utara (Minut). Berny yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan di gereja-gereja Sentani Papua, tewas mengenaskan dengan sejumlah luka tusukan di sekujur tubuh. Paling sadis, jasad Berny ditemukan di sebuah kubur dangkal. Kisah Berny dalam misi mulia di Tanah Papua, diceritakan sang ayah, Kunu J Pieter lewat postingan sosial media Facebook. Kepedihan yang dirasakan Kunu, seakan jadi tamparan bagi pemerintah di Papua dan peringatan bagi tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan di provinsi tersebut. Berny merupakan seorang perawat dan memilih sendiri pekerjaan dalam pelayanan kesehatan di gereja-gereja Sentani yang tingkat keamanan sangat riskan.

Berikut curahan hati Kunu Pieter, ayahanda almarhum Berny:

“Terlalu banyak yang bertanya, maka walau terasa duka yang sangat dalam, saya ingin sampaikan untuk keluarga, teman-teman, kolega-kolega dan semua kenalan, bahwa anak saya Berni tapi lebih dikenal dengan Barney’ Asmonerzz’ Bazooka bekerja di Perusahan Penerbangan Gereja di Sentani Papua. Dia bekerja di bidang kesehatan. Jadi tugasnya selain mendampingi dokter-dokter pemerintah di desa-desa, dia dan teman-temannya juga membantu negara ini untuk melayani masyarakat dalam bidang kesehatan di wilayah-wilayah yang sukar didatangi dokter-dokter berbaju putih. Sebab, untuk tiba di sana harus berjalan kaki beberapa hari. Anakku Berni menyukai pekerjaan yang penuh tantangan seperti ini karena cintanya pada Tuhannya… Dia ceritakan kepada saya saat terakhir berkomunikasi kalau pelayanannya benar-benar dilimpahi mujizat kasih karunia yang sangat banyak dan ajaib. Lalu saya ingatkan dia untuk hati-hati terhadap orang-orang jahat di pedalaman karena hati ini terasa berat melepas dia pergi… Tapi dia justru menenangkan saya dengan kata-kata penuh iman diselingi canda dan tawa karena dia ingin segera menikah agar pelayanannya di pedalaman Papua bisa lebih baik dengan pergi bersama istrinya nanti….

Kebiasaanya tiap pagi berolahraga dia bawa sampai pedalaman Papua. Dengan rambut yang pendek badan tegap  dipercaya untuk memegang radio satelit di pinggang untuk selalu berkomunikasi ke pusat pelayanan di kota. Bercelana banyak saku untuk diisi dengan obat-obatanan dan peralatan medis dan lainnya. Info yang kami terima, diduga dia dicurigai sebagai anggota TNI  (mungkin sebagai mata-mata???) … kemarin penyerangan terjadi oleh segerombol orang bersenjata (belum tahu siapa mereka sebnarnya) ke Desa dimana Berni dan kawan-kawannya berada. Ternyata yang dicari hanyalah dia, Berni anakku. Besoknya dia ditemukan dalam sebuah kubur dangkal, tentu sudah tak bernyawa. Dia mati dengan senjata tajam yang tampak menghujani tubuhnya dari pinggang ke bawah. Ooh Tuhan dia mati disiksa kaaah??? Terlalu ngeri untuk membayangkannya. Tapi satu hal yang saya yakini dia mati martir… Seorang suhada … karena pelayanannya itu berdasarkan panggilan Tuhan baginya… itu keyakinannya dan juga keyakinan saya ….

Anakku…papi terlalu yakin kau mati dlm kemuliaan Tuhan naak… papi bangga selamanya padamu… Papi akan ikuti jejakmu. Mati dalam pelayanan untuk kemuliaan Tuhan … sampai jumpa di Kota Yerusalem Baru.”

(fim/esm/berbagai sumber)