Hanya saja bila dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2017 (y-on-y)) turun sebesar 11,27%.

Meskipun masih belum stabil dan masih tertinggal dibandingkan dengan pencapaian pada tahun yang lalu, namun pada bulan ini terlihat gerakan positif nilai perkembangan nilai ekspor.

Ekspor Sulut  masih didominasi oleh minyak dan lemak nabati, belum merubah komoditi dominan sepanjang catatan tahun 2018.

Dilihat dari golongan barang, kontributor tertinggi masih diduduki oleh komoditi lemak dan minyak hewani/nabati, bahkan pada Agustus terjadi kenaikan share menjadi 54,77%, dibandingkan dengan pada bulan yang lalu yang masih dibawah 50%.

Golongan barang tersebut diekspor ke  enam negara tujuan, yaitu: Jepang, Korea Selatan, China, Malaysia, Amerika Serikat dan Belanda.

“Produk yang menjadi komoditas ekspor unggulan adalah produk olahan kelapa seperti kopra dan minyak kelapa, dengan perusahaan industri yang tersebar di Kabupaten/Kota Sulawesi Utara. Bahan baku industri pengolahan penghasil komoditi ini berasal dari daerah sekitar Provinsi Sulut, disamping hasil perkebunan lokal bumi Nyiur Melambai,” paparnya.

Lanjut dia, posisi teratas negara tujuan ekspor nonmigas Sulut pada Agustus 2018 adalah Belanda, yakni senilai US$14,39 juta atau 19,28% dari total nilai ekspor nonmigas.

Adapun produk yang paling banyak diekspor ke negara tersebut adalah lemak dan minyak hewani/nabati. Dibandingkan dengan Juli 2018 (m-to-m), nilai ekspor ke negara tersebut mengalami peningkatan yang sangat signifikan, bahkan mampu menggeser negara Tiongkok yang pada bulan sebelumnya menduduki negara tujuan ekspor tertinggi. (stenly sajow)