RATAHAN– Empat kecamatan di Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) masuk dalam kategori wilayah rawan gempa.

Hasil ini terkuak lewat Forum Group Discussion (FGD) Kabupaten Mitra yang digelar Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi tentang peninjauan kembali Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Nomor 1 Tahun dan RTRW Provinsi Sulut tahun 2014-2023.

Plt Kepala Badan Perencaaan Pembangunan, Mecky Tumimomor melalui Kepala Bidang Ekonomi, SDA dan Infrastruktur Kyrie Ruata menjelaskan, Kabupaten Mitra bahkan masuk urutan ke-2 daerah rawan gempa di Sulut.

“Kita masuk urutan dua setelah Kabupaten Minahasa. Terdapat 89 patahan aktif di Indonesia menurut peta gempa. Untuk Kabupaten Mitra sendiri, patahan tersebut terdapat di Kecamatan Touluaan, Kecamatan Tombatu, Kecamatan Belang dan Kecamatan Ratatotok,” bebernya.

Lebih lanjut, kata dia, pemerintah kemudian merasa perlu membuat rencana induk penanggulangan bencana. Tujuannya adalah langkah antisipatif mengurangi dampak.

“Inilah kemudian menjadi acuan penyusuan kembali RTRW sebagai acuan pembangunan. Ini identifikasi awal untuk kemudian menetapkan zona-zona yang berpeluang terdampak,” ujarnya.

Menyikapi hal tersebut, sejumlah elemen masyarakat menekankan hal terpenting adanya mitigasi bencana geologi. Ini seperti halnya yang dilakukan negara Jepang sebagai salah satu wilayah paling rawan.

“Berkaca dari Jepang. Negara tersebut merupakan salah satu wilayah yang paling sering mengalami gempa. Hanya saja mereka punya mitigasi bencana.  Kita tidak akan bisa mencegahnya terjadi, tetapi kita bisa mencegah terdampak,” ujar Dontry Wongkaren, salah satu ASN Pemkab Mitra yang lama bergelut di bidang geologi.

Dia mencontohkan, soal aktifnya pemerintah mensosialisasikan mitigasi bencana dengan tujuan mengurangi korban manusia.

“Di Indonesia sudah beberapa kali dilakukan. Seperti simulasi antisipasi bencana. Tapi mayoritas soal bencana tsunami,” pungkasnya. (Marvel Pandaleke/cr)