MANADO  – Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh untuk Negara Filipina, Kepulauan Marshal dan Palau, Sinyo Harry Sarundajang (SHS) mengatakan, pihaknya terus berusaha  meningkatkan kerja sama terutama dengan Manila, Filipina.

‘’Berbagai program telah dijajaki. Salah satunya soal perhubungan udara. Selama ini ke Manila dari Jakarta sangat mahal,’’ ujar SHS saat bertemu di kediamannya, Kelurahan Winangun, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (26/12/2018).  SHS berada di Manado untuk merayakan Natal bersama keluargannya.

Menurutnya, selain soal penerbangan juga ekonomi dan pendidikan terus jajaki. ‘’Hubungan dengan Manila terjalin baik. Apalagi dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang sudah berkawan sejak saya masih Wali Kota Bitung dan beliau adalah Wali Kota Davao,’’  paparnya.

Kedekatan dengan Presiden Filipina,  diakui SHS memudahkan diplomasi bilateral Indonesia dengan Filipina.  Lebih lanjut, ungkap SHS, pembebasan tiga sandera WNI di Filipina, September lalu tidak lepas dari hubungan baik Pemerintah Indonesia dengan Filipina. “Tidak ada uang tebusan. Pemerintah Indonesia sangat tidak mau berkompromi dengan penculik, apalagai harus memberi uang tebusan,” ujar mantan Gubernur Sulut dua periode itu.

SHS menceritakan dalam membebaskan tiga sandera WNI ini, teknik yang digunakan adalah menyerahkan proses pembebasan kepada Pemerintah Filipina. Sebab Indonesia tidak bisa mengirim pasukan angkatan bersenjata ke Filipina untuk membebaskan sandera WNI tersebut.

“Presiden Jokowi dan menteri luar negeri sangat sering bertanya kapan para sandera dibebaskan. Akhirnya saya bisa bertemu Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. Duterte lalu memberikan tekanan yang membuat para penculik semakin bersembunyi karena takut dengan operasi militer,” katanya.

Dalam kondisi seperti ini, SHS berdiskusi dengan komando militer wilayah Mindanau Barat agar mempertimbangkan keselamatan para WNI yang disandera saat menjalankan operasi militer. ‘”Akhirnya tiga sandera yang diculik selama 20 bulan berhasil dibebaskan,’’ katanya.

Sementara itu, SHS mengatakan, saat ini ada sekira 20 ribu warga Indonesia yang berada di Kepulauaan Mindanau. ‘’Di Manila sekitar 5.000 Orang mereka bekerja di berbagai sektor. Pemerintah Indonesia juga sudah passport kepada ribuan warga Indoensia yang sudah sejak lama berada di wilayah Kepulauan Mindanau yang berbatasan dengan kepulauan Sangihe dan Talaud,  Sulawesi Utara,’’ tandasnya. (Wolter Rumapar)