MANADO—Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) pada 2018 tumbuh melambat. Menurut ekonom Universitas Negeri Manado Robert Winerunan, perlambatan ini dipengaruhi gejolak ekonomi dunia.

Badan pusat statistik (BPS) Sulut merilis, pertumbuhan ekonomi Sulut 2018 menyentuh 6.01%. jika dibandingkan 2017 ekonomi Sulut melambat 0.3%, pasalnya ekonomi Sulut 2017 tumbuh sebesar 6.32%.

“Sekalipun ada pertumbuhan tapi jika dibandingkan tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi Sulut turun,” ujar Winerungan, Rabu, 6/2/2019.

Menurut Winerungan, kinerja ekonomi Sulut 2018 banyak dipengaruhi  ekonomi global. Sehingga secara langsung berdampak pada ekonomi nasional dan merembet hingga ke Provinsi Sulut.

“Saya menilai adanya perlambatan ekonomi dunia sangat memberikan pengaruh. Ini lebih kepada faktor eksternal jadi diluar kendali Sulut,” tuturnya.

Diantaranya kata dia, penurunan harga komoditi andalan Sulut di pasar internasional karena stok yang berlimpah. Sehingga harga kopra, cengkih, dan pala di Sulut belum sesuai harapan petani.

“Dari negara luar tidak mau lagi membeli barang-barang dari Sulut, jadi permintaan menurun karena ekspor tidak banyak,” terangnya.

Dia mencontohkan komoditi kopra. Dimana produk ini sedang melimpah secara global. Karena itu persaingan produk turunan dari kelapa asal Sulut sangat ketat di pasar internasional. Membuat harganya jatuh. Melemahnya permintaan dari pasar internasional membuat volume dan nilai ekspor dari Sulut turun. (stenly sajow)