PARIS – Presiden Prancis Emmanuel Macron telah memperpanjang masa lockdown sebanyak empat pekan atau sampai 11 Mei. Macron juga mengatakan wabah Covid-19 di Prancis sudah mulai stabil. Dia berharap semuanya akan mulai mengalami anti-klimaks. Jumlah kematian akibat Covis-19 juga menurun setiap hari dengan total korban mencapai 15.000 orang.
“Lockdown bukan untuk mengalahkan Covid-19, tapi memperlambat penyebarannya,” ujar Macron, dikutip BBC. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengaku gembira dengan perlambatan Covid-19 di Eropa.
“Mudah-mudahan Mei akan menjadi awal sebuah fase baru,” kata Macron. “Jika hal itu terjadi, kami telah mencapai titik profresif. Peraturan pemerintah juga akan kembali disesuaikan sesuai dengan kondisi di lapangan.” Macron mengatakan sekolah kemungkinan akan dapat dibuka lebih awal dibandingkan restoran. Event-event publik seperti festival tampaknya tidak akan dapat dilaksanakan setidaknya sampai Juli mendatang. Warga yang rentan terhadap Covid-19 juga diimbau agar tetap tinggal di rumah.
Selain itu, Perdana Menteri (PM) India, Narendra Modi, memperpanjang penguncian atau lockdown secara nasional hingga 3 Mei. Kebijakan ini diterapkan karena jumlaj kasus virus Corona di India telah mencapai angka 10 ribu meski telah melakukan lockdown selama tiga minggu. Modi mengatakan tantangannya adalah untuk menghentikan penyebaran virus COVID-19 ke wilayah-wilayah baru di negari tersebut.
“Hingga 3 Mei, setiap orang India harus tetap terisolasi. Saya meminta semua orang India agar kita menghentikan penyebaran virus Corona ke daerah lain,” katanya dilansir Reuters, Selasa (14/4/2020). Pernyataan Modi itu muncul ketika jumlah orang yang terifeksi virus Corona di India mencapai 10.363 di mana 339 di antaranya telah meninggal. Angka itu berdasarkan data yang dimiliki oleh pemerintah pusat.
Sementara Italia juga memilih memperpanjang lockdown. PM Italia, Giuseppe Conte, mengatakan lockdown kemungkinan akan berlangsung hingga 3 Mei, tapi sejunlah toko dan bisnis akan diperbolehkan buka pekan ini. Beberapa di antaranya ialah toko buku dan toko pakaian anak-anak.
Penutupan wilayah Italia untuk mengurangi penyebaran Covid-19 membawa dampak ekonomi yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah negeri itu. Itulah gambaran dari Lembaga Statistik Nasional Italia (ISTAT) terhadap situasi ekonomi negara tersebut.
Menurut data ISTAT, separuh perusahaan Italia serta 7,4 juta pekerja dalam keadaan tidak berproduksi. “Jika ini berlanjut, Produk Domestik Bruto (PDB) Italia dalam enam bulan pertama tahun ini akan jatuh sebesar 10%, atau sekitar US$4,5 miliar,” kata Matteo Pignatti, ekonom pada Center for Confindustrial Studies (CSC).
Angka ini kurang lebih setara dengan seluruh PDB Bolivia. Menurut hitungan CSC, ketiadaan produksi setiap minggunya bisa mengurangi PDB hingga 0,75%. Italia, yang merupakan ekonomi terbesar ke delapan di dunia menurut IMF, akan mengalami pukulan ekonomi terbesar sejak Perang Dunia Kedua. (Koran Sindo)
Tinggalkan Balasan