MANADO– Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara (Sulut) merilis, pertumbuhan ekonomi Sulut triwulan I/2020 berada di angka 4,27%. Jika dibandingkan dengan triwulan I-2019 (yoy), mengalami pertumbuhan. Namun pertumbuhan ekonomi ini melambat jika dibandingkan dengan triwulan IV/2019 yang tercatat 5,45%.
Perekonomian Sulut berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan I/2020 mencapai Rp31,80 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp21,37 triliun. Pertumbuhan ekonomi Sulut yang melambat disebabkan melambatnya empat lapangan usaha. Antara lain, konstruksi, perdagangan, pertanian dan transportasi.
Transportasi menjadi faktor utama yang menyebabkan melambatnya perekonomian Sulut. Tercatat transportasi sebesar 2,59% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,77% (yoy). Hal ini dipengaruhi dengan ditutupnya beberapa penerbangan internasional dan diikuti dengan pemberhentian sementara penerbangan domestik maupun kurangnya orang yang bepergian akibat adanya pandemi Covid-19.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulut Arbonas Hutabarat mengatakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi dipicu beberapa faktor. “Akibat pandemi ini sangat memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Namun di sisi lain lapangan usaha industri menjadi satu-satunya yang tumbuh menguat. Lapangan usaha industri tercatat tumbuh sebesar 5,68% (yoy). Hal ini dipicu dengan kinerja ekspor minyak nabati yang tumbuh 1,23%, menguat dibandingkan triwulan sebelumnya,”ucap Arbonas, Rabu (6/5/2020).
Ekspor tercatat tumbuh sebesar 16,26% (yoy), menguat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,65% (yoy). Selain itu, ekspor Sulut juga didukung dengan menguatnya perdagangan antarprovinsi. Data muat perdagangan dalam negeri dari pelabuhan Sulut tercatat tumbuh kuat sebesar 70,21% (yoy).
Arbonas juga menambahkan, ke depannya BI Sulut telah memperkirakan resiko dampak Covid-19 pada pertumbuhan ekonomi Sulut akan semakin besar. “Menyikapi hal tersebut, Bank Indonesia senantiasa meningkatkan dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah guna mengurangi dampak pandemi ini. Seperti dengan diluncurkannya Bersehati Online untuk pedagang serta kebijakan stimulus ekonomi yang diberikan bagi warga terdampak dan tidak terdampak,”ujarnya.
Dari data BPS Sulut, sisi produksi yang memengaruhi pertumbuhan didorong oleh sebagian besar lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi yang tumbuh sebesar 19,33%. Sedangkan, dari sisi Pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang dan Jasa yang tumbuh sebesar 16,26%.
Kepala BPS Sulut Ateng Hartono mengatakan, hal ini disebabkan oleh efek musiman perekonomian Sulawesi Utara. “Dari sisi produksi, efek musiman perekonomian mempengaruhinya, diantaranya berakhirnya perayaan keagamaan dan menyambut tahun baru serta baru dimulainya kegiatan konstruksi. Selain itu, dampak dari pandemi Covid-19 mulai dirasakan sejak triwulan I/2020. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang dan Jasa yang tumbuh sebesar 3,25%,”ucapnya.
Lanjut Ateng, dampak penyebaran Covid-19 mempengaruhi beberapa faktor. “Seperti penerapan belajar dari rumah, bekerja dari rumah menyebabkan pengguna jasa transportasi publik berkurang signifikan, terjadi penundaan/pembatalan beberapa penyelenggaraan event/acara, Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition (MICE), maupun konser, serta beberapa tempat hiburan dan mall-mall yang tutup untuk menekan penyebaran Covid-19 ini tentunya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Sulut,”ujarnya.
Komponen Ekspor Barang dan Jasa menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, dimana hal ini berhasil menghasilkan surplus bagi Sulut, berdasar data BPS Sulut neraca perdagangan Sulut pada Maret 2020 surplus USD71,28 juta.
Meskipun Sulut saat ini sedang dilanda Covid-19, namun tidak mempengaruhi Ekspor Barang dan Jasa di Sulawesi Utara. Naiknya ekspor barang luar negeri pada komoditi unggulan Sulawesi Utara yaitu komoditi Lemak Minyak Nabati (HS 15) dan Perhiasan/Emas (HS 71) sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Sulut.
Dan untuk sumber pertumbuhan tertinggi kedua yaitu komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 1,49 persen. Hal ini juga disebabkan oleh fenomena wabah Covid-19 yang mengakibatkan kenaikan yang signifikan pada pengeluaran subkomponen kesehatan seperti masker, handsanitizer, jamu, vitamin, obat-obatan, dll. Pengeluaran subkomponen komunikasi paket data dan pulsa serta pengeluaran air, listrik dan gas dikarenakan adanya anjuran untuk bekerja dan belajar dari rumah yang membuat pengeluaran tersebut meningkat. (Clay Lalamentik)
Tinggalkan Balasan