AMURANG- Pandemi Covid-19 telah menjadi krisis ekonomi. Pelaku usaha di Minahasa Selatan (Minsel) pun mulai menjerin lantaran omzet yang menurun drastis.
Yangs Runtuwene, misalnya. Pemilik Rumah Makan Megataru yang terletak di Desa Kapitu, Kecamatan Amurang Barat ini berharap pandemi Covid-19 segera berlalu dan situasi bisa kembali normal. Pasalnya, biasanya tempat usaha yang ia buka selalu ramai dengan pengunjung, tapi saat ini sangat sepi.
“Semua omzet jualan saya menurun drastis. Dulu, sebelum terjadinya pandemi Covid 19 , omzet yang saya peroleh Rp20 juta lebih. Sekarang hanya Rp10 sampai Rp13 juta. Biapong, pia dan makanan nasi campur, semuanya sepi pembeli. Saat ini hanya Biapong yang saya jual, makanan berat sudah tidak lagi,” beber Yangs. Dia mengisahkan, dengan omzet menurun, berdampak juga kepada para pekerja atau karyawannya. Dia terpaksa mengurangi jumlah karyawan.
“Sebelumnya 30 karyawan, saat ini tinggal 15. Dengan memperhatikan imbauan pemerintah, kami mengurangi tempat duduk dan meja agar pembeli memperhatikan social distancing. Dan memang untuk saat ini banyak pembeli yang hanya membeli dan dbungkus. Semoga situasi ini capat belalu dan kami dapat berjual bebas. Karana saat ini saya saja takut. Soalnya virus ini tidak terlihat, pungunjung di sini tidak tau dari mana saja,” tambah Yangs.
Senada dikatakan Everdhard Kandouw, pemilik Rumah Makang Coto di Desa Tumpaan. “Omzet menurun jauh. Biasanya Rp1,7 juta sampai Rp1,8 juta, saat ini paling tinggi Rp900.000. Mengantisipasi situasi saat ini, kami lakukan cara pesan antar di sekitar Tumpaan. Dan yang makan di dalam rumah makan kami terapkan protokol kesehatan,” pungkas Kandouw. (Jivlater Langi)
Tinggalkan Balasan