MANADO– Sektor pertanian dan perikanan telah mengambil andil besar di setiap periode pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara (Sulut), dibandingkan dengan sektor pariwisata. Walaupun pada periode triwulan I-2020 terjadi perlambatan pada pertumbuhan ekonomi di Sulut yaitu 4,27%. Namun, sektor pertanian masih memberikan sumbangsihnya bagi Bumi Nyiur Melambai sebesar 0,45% dari 4,27% pertumbuhan ekonomi triwulan I-2020.

Dan jika dilihat dalam struktur pekerja yang ada di Sulut tercatat, ada 23,75% petani dan perdagangan ada 18,47%. Hal ini menunjukkan bahwa di Sulut banyak warga yang menggantungkan nasib hidupnya melalui kedua sektor ini. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulut Arbonas Hutabarat mengatakan, sektor pertanian dan perikanan di Sulut menunjukkan hasil yang bagus di periode triwulan 1-2020. “Kedua sektor ini masih terlihat baik di triwulan I-2020, namun ini perlu diwaspadai. Karena kita akan melihat pada triwulan II-2020 nanti dengan adanya WFH dan banyak sektor usaha yang tutup sehingga ini pastinya akan berdampak,” ucapnya, belum lama ini.

Lanjut dia, pandemi ini tentunya berdampak pada petani. Karena dari beberapa bahan pokok mengalami deflasi dan ini bagi konsumen baik namun, jika harga tetap turun peluang bagi petani untuk menumbuhkan ekonominya pastinya sangat berdampak. “Pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk menekan yang deflasi terjadi di kedua sektor ini, maka dari itu adanya program pemerintah melalui bantuan sosial, bantuan langsung tunai dan sebagainya bagi warga kurang mampu itu untuk menumbuhkan kembali daya beli masyarakat sehingga ekonomi dapat berputar. Maka dari itu pemerintah mulai membuka kembali sektor usaha secara perlahan-lahan, baik secara online dan berbagai cara lainnya yang dimana juga tetap dengan memberlakukan protokol kesehatan,” ungkapnya.

Tentunya, sektor pertanian dan perikanan ini masih punya peluang untuk menumbuhkan kembali pertumbuhan ekonomi Sulut. Dan di tengah pandemi ini, pemerintah punya wacana untuk  menghidupkan kembali sektor pariwisata.  Dengan teori, untuk menumbuhkan pertumbuhan ekonomi melalui sektor ini kembali. Tercatat dari data Badan Pusat Statistik Sulut pada April 2020 tidak ada penerbangan internasional akibat adanya pandemi Covid-19 dan jika mengandalkan turis lokal juga tentunya aspek ini tidak akan berpengaruh lebih kepada pertumbuhan ekonomi.

Ekonom Sulut Magdalena Wullur menilai, pertumbuhan ekonomi pada dasarnya akan terjadi jika pasar atau transaksi jual beli dimana ada supply dan demand, dan kalau pertanian dan perikanan terkait ketahanan pangan secara riil. Namun sektor wisata memang menjadi salah satu indikator yang direncanakan dibuka pada new normal dengan pertimbangan bahwa beberapa daerah pertanian dan perikanan bukanlah yang penyumbang besar pada PDRB.

“Nah di Sulut jadinya tetap harus membuka new normal untuk pariwisata karena menyerap banyak tenaga kerja dan pemasukan PAD, atau punya multiplier end to end. Namun pastinya jika itu hanya mengikuti kebijakan pusat perlu dipahami bahwa tiap daerah punya ciri khasnya sendiri dan berbeda beda demografi dan geografinya. Oleh sebab itu belumlah mendesak dan kurang bijaklah kalau disikapi Pemerintah Sulut dengan polosnya mementingkan pariwisata mengikuti kebijakan pusat, walau memang air mengalir ke bawah tapi bukan berarti membawa kita tanpa tujuan,”ucapnya.

Wullur juga menuturkan, bukan masalah menyumbang perekonomian Indonesia, karena pariwisata juga menyumbang. Tetapi ini masalah momennya atau kesiapannya.  “Saya sendiri berharap pemerintah bisa membahas policy briefnya dengan akademisi terkait kebijakan ini. Di mana isunya adalah kondisi kita di Sulut memang otomatis masih bergantung dan unggul pada sektor pertanian dan perikanan, dan hal ini tak terbantahkan,”ujarnya.

Kata Wullur, sebenanya bisa-bisa saja jika pariwisata disinergikan dengan agribisnis atau agrobisnis minapolitan atau terkait abiotik dan biotik. Jadi dana pariwisata yang dikeluarkan adalah nyata di lapangan, seperti panen sayuran di daerah Modoinding, kemudian anak anak sekolah diajarkan memanfaatkan lahan dan menikmati sebagai hiburan itu bisa. Namun, bukan anggaran buat kajian yang tidak jelas atau buat festival dan lomba-lomba buat di hotel-hotel atau seperti kita tahu Manado mengutamakan pariwisata MICE, maka akan diikuti wisata kuliner dan hiburan malam. Dan di sini pentingnya transparansi anggaran terjadi.

Senada dengan hal itu, Ekonom Sulut Robert Winerungan juga mengatakan, sektor pertanian merupakan sektor usaha ekonomi yang tidak banyak terdampak akibat Covid-19, jika dibandingkan dengan sektor industri, pariwisata serta perdagangan. “Akibat kebijakan phisycal distancing menyebabkan banyak banyak usaha yang terkena dampak sehingga banyak usaha yang terpapar lerlebih UMKM.  Disadari bahwa harga komoditas pertanian di masa Covid-19 ini banyak yang turun yang karena permintaan yang menurun seperti rumah makan, restoran untuk acara respsi dan hotel sebagai konsumen besar hasil pertanian yang banyak yang tutup. Namun demikian harus dipahami bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat vital di masa pandemi ini karena tanpa hasil pertanian, masyarakat akan makin menderita seperti peribahasa sudah jatuh tertimpah tangga lagi. Jadi sektor pertanian sangat penting dan strategis untuk menjaga ketahanan pangan di masa pandemi Covid-19 yang tidak boleh diabaikan,”ucapnya.

Winerungan menambahkan, sektor pertanian ini juga pasti akan menopang pertumbuhan ekonomi dimasa pendemi ini jika dibandingkan dengan sektor pariwisata. “Bukan berarti diabaikan, namun dalam jangka pendek sektor ini belum bisa diharapkan. Banyak alasan mengapa sektor pariwisata belum bisa diharapkan karena kebijakan physical distancing masih tetap diberlakukan di era new normal, yakni jaga jarak dan jauhi kerumunan sehingga transportasi seperti mobil bus dan transportasi udara belum bisa berkinerja maksimal,”ujarnya.

Salah seorang pemilik sawah dan kebun raya di Minahasa Deiske Senduk mengatakan, dengan adanya perhatian pemerintah di sektor pertanian tentunya dapat menambah produksi yang baik bagi petani. “Petani akan lebih terbantu jika sektor pertanian ini dapat ditunjang lebih lagi, karena jika banyak bantuan yang mengalir serta baiknya pemasaran dari produk itu tentunya akan mendapatkan hasil yang baik dan perputaran ekonomi di petani bisa lebih baik lagi,”ujarnya. (Clay Lalamentik)