MANADO– Sulawesi Utara (Sulut) mendesak melakukan penambahan laboratorium (Lab) reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR) dan tes cepat molekuler (TCM), untuk memeriksa Covid-19. Pasalnya, sejumlah lab di Sulut tidak lagi mampu untuk memeriksa ribuan sampel di Sulut yang sudah menumpuk.
Hingga saat ini, sampel swab yang masih menunggu untuk diperiksa di salah satu lab utama di Sulut, yakni di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Kelas 1 Manado telah mencapai 2.700-an sampel.
“Hasil output maksimal yang keluar di BTKL-PP itu 330 sampel per hari, sementara yang kita bawa ke sana itu pernah ada satu titik hampir 500 sampel. Oleh karennya, per hari ada deadlock sampai 100 sampel yang tidak terperiksa, jadi itu penyebabnya,” ujar Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Sulut, dr Steaven Dandel, saat konferensi video bersama wartawan, belum lama ini.
Kata dia, beberapa langkah kini telah diambil pihaknya untuk mengatasi hal itu. “Berbagai macam alternatif kita lakukan, yang pertama adalah menambah laboratorium PCR, itu kita sudah lakukan dengan Balai POM,” tukas Dandel.
Lanjut Dandel, dari 2.700-an sampel swab yang masih menunggu hasil tersebut, pihaknya akan mengirimkan sekira 1.500 sampel untuk diperiksa di laboratorium yang ada di luar Sulut.
“Karena memang lab yang ada di kita kapasitasnya masih belum memadai untuk memeriksa sampai 500-600 sampel per hari. Yang di kita baru 330 sampel maksimal,” tandasnya.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkesda Sulut itu juga terus berupaya untuk mendorong pemeriksaam sampel, agar nantinya seluruh lab yang ada di Sulut mampu memeriksa hingga 1.000 sampel swab per harinya.
“Untuk mencapai itu, maka Lab PCR akan dikembangkan jadi empat, ditambah Lab PCR Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) dan Lab PCR RSUP Kandou yang saat ini sementara diperbaiki,” jelas Jubir Dandel.
Selain itu, untuk mencapai pemeriksaan 1.000 sampel itu, pihaknya tengah mendorong agar terdapat lab pemeriksaan swab dengan metode TCM di delapan rumah sakit yang ada. “Golden standarnya TCM ini sama dengan PCR, sekarang baru operate di RSUP Kandou dengan kapasitas pemeriksaan satu hari bisa sampai 16 sampel,” beber Dandel.
“Selain itu juga TCM akan dibuka di beberapa rumah sakit rujukan yang ditunjuk, seperti RSUD Pobundayan Kotamobagu, RSUD Ratatotok, RSUD Sam Ratulangi, RSUD Noongan, RSUD manembo-nembo Bitung, dan ketiga rumah sakit yang ada di Kepulauan,” sambungnya.
Kata dia, untuk alat TCM di tiga rumah sakit kepulauan sudah ada, tinggal diperlukan kesiapan Biosafety Cabinet (BSC), karena tanpa BSC, maka alat TCM tidak bisa dioperasionalkan, sebab unsur keamanannya ada di alat tersebut.
Senada disampaikan Kepala Biro (Karo) Pemerintahan dan Otonomi Daerah Setdaprov Sulut, Jemmy Kumendong. Dirinya membeber bahwa Pemprov Sulut terus berupaya maksimal untuk mengatasi masalah ini, salah satunya lewat upaya dari Gubernur Olly Dondokambey yang meminta bantuan Lab PCR kepada Unsrat. “Hanya soal kesiapan saja sekarang dari pihak Unsrat kapan bisa beroperasi,” tekannya.
Upaya-upaya inilah yang terus dilakukan tanpa henti oleh pihaknya guna memotong waktu tunggu hasil swab yang sudah cukup lama ini. “Tentunya kami mendorong agar secepatnya bisa beroperasi, mengingat banyaknya sampel swab di Sulut yang harus segera diperiksa,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi BTKL-PP Kelas 1 Manado, Rusen Tombi ketika dihubungi KORAN SINDO MANADO/SINDOMANADO.COM menyampaikan bahwa apa yang telah dikerjakan BTKL-PP Manado saat ini merupakan upaya semaksimal mungkin yang telah dilakukan dirinya dan teman-teman yang memeriksa sampel swab.
“Hanya memang sampelnya banyak, jadi hasil sampel yang dikeluarkan dengan sampel yang masuk tidak seimbang, makanya dia tertumpuk. Seharinya kami bisa mengeluarkan hasil sampel 150-an ke atas, bisa sampai 200 sampel,” imbuhnya.
“Kalau dari kami sudah semaksimal mungkin usaha dari teman-teman pemeriksa di lab. Mereka (pemeriksa sampel) harusnya pakai baju hazmat hanya empat jam, biasa sekarang sudah sampai lima jam, karena untuk mencapai target (pemeriksaan) itu,” ungkap Rusen.
Kata Rusen, dari BTKL-PP Manado sendiri mendukung langkah yang diambil Gugus Tugas Covid-19 Sulut dalam menambah lab PCR yang ada, karena dapat juga mengurangi beban pemeriksaan yang ada dilakukan pihaknya.
“Upaya saat ini yang dilakukan kami untuk mengurai sampel yang sudah terkumpul, kami sudah mengirim sebagian ke lab-lab (Di luar Sulut) yang masih bisa menampung untuk hasil cepat (keluar). Sebagian sudah dikirim, (Tapi sebagian sampel) yang lain sementara masih dalam proses, karena baru masuk dosnya untuk syarat pengiriman, untuk standariata-nya baru datang dosnya sebagian,” tutur Rusen.
Adapun, untuk lab pemeriksaan milik RSUP Prof Kandou sendiri, menurut informasi yang disampaikan oleh Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUP Prof Kandou, dr Handry Takasenseran, untuk lab dari pihaknya yang saat ini tengah berjalan adalah lab TCM.
“TCM sekarang berjalan tetapi kapasitasnya sedikit karena keterbatasan catridge, sementara yang PCR itu belum jalan, belum jadi, ada alat yang masih sementara di tunggu kedatangannya dari luar negeri,” tuturnya.
dr Handry berharap apabila alat PCR tersebut telah sampai, maka RSUP Prof Kandou telah bisa memeriksa hasil sampel swab lewat metode TCM dan PCR, serta membantu meringankan beban Pemerintah dalam hal pemeriksaan sampel swab.
“Kalau untuk ruangan dan petugas pemeriksanya sendiri iti sudah ada, sudah kami siapkan, tinggal menunggu alatnya ini datang, semoga bisa segera datang,” harapnya.
Untuk diketahui, saat ini pemeriksaan sampel swab lewat metode PCR dilakukan oleh lab milik BTKL-PP Kelas 1 Manado yang berlokasi di Mapanget dan lab milik Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) yang berlokasi di Pineleng.
Adapun, baik dari Jubir Dandel dan Karo Jemmy Kumendong berharap ke depannya dengan tambahan lab PCR milik Unsrat yang sementara dipersiapkan, serta lab PCR RSUP Prof Kandou yang sementara ditunggu alatnya, bisa membantu mempercepat proses pemeriksaan hasil sampel swab di Sulut, dimana hingga saat ini untuk waktu tunggu hasil sampel telah mencapai rata-rata dua minggu, bahkan ada yang mencapai tiga minggu. (Fernando Rumetor)
Tinggalkan Balasan