MANADO – Penambahan kasus positif Covid-19 di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) dalam dua hari belakangan bisa dikatakan cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, dalam dua hari ini, Sulut ketambahan sekira 179 pasien baru Covid-19.
Kendati demikian, Juru Bicara (Jubir) Gugus Tugas Covid-19 Sulut, dr Steaven Dandel mengatakan, penambahan kasus yang signifikan ini sejatinya belum memasuki masa puncak penyebaran Covid-19 di Sulut.
“Belum (masuk masa puncak). Ini masih backlog, artinya ada hasil laboratorium (Lab) yang baru datang,” ujarnya saat diwawancarai lewat aplikasi pesan singkat Whatsapp, Kamis (9/7/2020).
Pun seperti yang disampaikannya dalam siaran pers kepada awak media beberapa waktu lalu, pihaknya pada akhir-akhir ini kembali mulai menerima hasil swab dari Lab-lab di luar Sulut.
“Kebijakan pengiriman sampel swab ke Lab PCR di luar Provinsi Sulawesi Utara ini diambil untuk mengatasi gap antara masifnya jumlah sampel (swab) yang dikumpulkan oleh jejaring surveilans,” beber Dandel.
Adapun, ketika ditanya terkait ketambahan kasus fantastis ini apakah dapat diartikan bahwa kasus Covid-19 Sulut masih terus menanjak? dirinya menjawab bahwa hal tersebut belum bisa dipastikan.
“Bisa iya, bisa tidak,” singkat Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Daerah (Dinkesda) Sulut.
Dilain pihak, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut terus mengupayakan penambahan fasilitas pelayanan kesehatan bagi mereka yang terpapar oleh penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 ini.
Kemarin, dua fasilitas milik Pemprov Sulut diubah dan dialihfungsikan menjadi rumah sakit (RS) rujukan Covid-19. Kedua fasilitas itu ialah gedung Kitawaya yang berlokasi di Kairagi serta Bapelkes yang ada di Malalayang.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulut, Joy Oroh, izin operasional kedua gedung tersebut tinggal menunggu dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes).
“Gedungnya sudah direnovasi khusus untuk tempat rawat pasien Covid-19. Operasionalnya tinggal menunggu izin Kemenkes. Mungkin dalam waktu dekat ini,” ungkapnya.
Oroh kemudian menyebut, gedung Kitawaya di Kairagi mempunyai kapasitas sebanyak 200 tempat tidur. Sementara gedung Bapelkes mempunyai kapasitas sekira 150 tempat tidur.
“Dua tempat tersebut akan menjadi RS rujukan. Peralatan medisnya sudah siap. Ini antisipasi karena kasus Covid-19 tercatat terus meningkat,” tuturnya.
Dirinya mengharapkan kedua fasilitas tersebut dapat meringankan beban dari RS rujukan yang sudah beroperasi sekarang, baik itu RS milik pemerintah dan RS Swasta yang ada di Bumi Nyiur Melambai ini. (Fernando Rumetor)
Tinggalkan Balasan