MANADO — Pemandangan tidak sedap terlihat hampir di seluruh ruas jalan di Kota Manado, pascadihantam banjir dua pekan terakhir ini. Penyebabnya, tak lain karena sampah kini menghiasi Ibu Kota Provinsi Sulawesi Utara. Kawasan bisnis, perkantoran hingga sudut-sudut kota dipenuhi tumpukan sampah. Baik sampah rumah tangga maupun material yang terbawa banjir. Tak pelak, kondisi ini menuai sorotan masyarakat.
“Sudah dua kali banjir, hingga kini sampah belum diangkat bahkan tergenang dan kembali berserakan. Mohon kebijakannya pemerintah kota,” keluh Novena Eka Putri, warga Kelurahan Ketang Baru. Ia menyebut, tumpukan sampah yang ada di dekat rumahnya bahkan telah menggunung namun tak kunjung diangkat. Hal itu pun diiyakan salah satu personel tim kebersihan Kecamatan Singkil yang namanya tak ingin disebutkan.
“Waktu lalu, saat kita sampai di TPA bisa langsung buang (sampah). Tapi sekarang kita harus menunggu antrean. Warga yang sering lewat di TPA Sumompo pasti mengetahui antrean panjang di sana seperti apa. Apalagi, sekarang ada delapan kecamatan mengalami banjir dan semua sampahnya dibuang ke TPA Sumompo, jadi memang kita antre di sana,” sebutnya, Selasa (26/1/2021).
Ketika dikonfirmasi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Manado, Yanti Putri mengatakan bahwa menumpuknya sampah ini tak bisa terelakkan dikarenakan tempat pembuangan akhir (TPA) Sumompo sudah melebihi kapasitas.
“Sampah-sampah yang ada di jalan-jalan protokol, juga di kecamatan yang ada mungkin kita lihat cukup banyak menumpuk bahkan belum terangkut. Kendala utamanya adalah TPA yang mengalami kenaikan, jadi over capacity (melebihi kapasitas),” terang Yanti, kemarin.
Memang hal ini sudah cukup lama, namun kata Yanti, dari hasil pengamatan menggunakan drone (pesawat tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh dengan menggunakan komputer atau remote control) terlihat bahwa sebenarnya masih ada cukup ruang untuk pihaknya mendorong sampah-sampah yang ada kebagian tengah TPA.
“Tetapi karena alat masih kurang dan minim, dimana sekarang yang tertinggal ada alat eskavator satu unit dan bulldozer, tetapi untuk bulldozer ini sudah rusak cukup lama dan tidak digunakan ketika saya menjabat di DLH. Sehingga untuk memperbaikinya ini perlu anggaran,” ungkapnya.
Yanti pun memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada warga Kota Tinutuan karena untuk pengolahan sampah di TPA itu masih ada kendala. “Tetapi memang sampah yang dihasilkan masyarakat dari akhir 2020 hingga awal tahun ini sangat meningkat. Biasanya hanya 500 ton, saat ini menjadi sekira 900 ton sampah per hari,” tandas Yanti. (Fernando Rumetor)
Tinggalkan Balasan