Gladys Runtukahu

(Head Operational Koran Sindo Manado)

Beberapa hari sebelum peringatan Hari Perempuan Sedunia, pemberitaan tentang seorang perempuan muda bernama Kyal Sin yang tewas saat demonstrasi mewarnai media mainstream dan media cetak. Kyal Sin, yang masih berusia 19 tahun dikenal sebagai pemberani dalam memperjuangkan aspirasi warga melalui aksi demonstrasi. Kisahnya sungguh tragis namun dramatis. Kyal Sin di sapa, di hari kematiannya mengenakan kaus berhitam bertuliskan “Everything will be OK”, dan dikabarkan, tewas sesaat setelah berinisiatif menendang pipa air agar para demonstran dapat menghilangkan efek gas air mata yang ditembakan militer.

Bagi masyarakat Myanmar dan keluarga yang ditinggalkan, Kyal Sin, adalah perempuan hebat dan bagi warga masyarakat anti pemerintahan junta militer di Myanmar, Kyal Sin adalah Angel, pahlawan mereka.

Tahun 2021, momentum perayaan Hari Perempuan Sedunia ini mengambil tema Choose To Challange – atau Memilih Untuk Menantang. Pemilihan tema ini tentu berdasarkan realita kerasnya tantangan yang dihadapi setiap orang, termasuk perempuan. Entah itu dalam kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan hingga di lingkungan sosial. Terlebih lagi, sekira hampir dua tahun terakhir, dunia diperhadapkan pada situasi Pandemi Covid – 19, yang membuat setiap manusia, mau tidak mau hidup dalam keterbatasan. Memilih untuk Menantang, yang dipopulerkan dengan tagar #ChooseToChallange mengajak seluruh perempuan untuk menantang setiap keterbatasan menjadi peluang untuk memberdayakan diri.

#ChooseToChallange, menjawab dengan aksi, salah satu tujuan dalam Sustainable Development Goals 2030, yaitu Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan. Secara individu, kita memang bertanggung jawab atas pikiran dan tindakan kita masing – masing. Namun mewujudkan perempuan yang berdaya, merupakan tanggung jawab bersama untuk mengupayakannya.
The World Economic Forum melansir data The global Gender Gap Index Report 2020, yang mencatatkan Indonesia berada di peringkat 85 dari 153 negara, dengan score 0.70%. Hal tersebut menandakan bahwa masih ada sekira 30% kesenjangan di Indonesia. Sementara itu, United Nations, melansir data realitas terkait situasi perempuan secara global. Saat Pandemi Covid -19 melanda, perempuan seharusnya mendapatkan porsi yang adil dalam berbagai bidang, termasuk di politik. Secara nasional, porsi perempuan dalam politk baru mencapai angka 25%. Sementara itu, terdapat 70% petugas kesehatan dan pekerja sosial adalah perempuan. Ketika terjadi lockdown, dilaporkan di beberapa negara kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) meningkat hingga 30%. Sementara itu, mayoritas perempuan yang menjalankan Work From Home (WFH) juga memikul beban ganda karena harus tetap melaksanan tugas domestik rumah tangga, seperti menemani anak belajar dari rumah.

Apa hal sederhana yang bisa dilakukan seorang perempuan, untuk bisa menjawab tantangan #ChooseToChallange? Kita tentu tidak bisa lari dari situasi tersebut. Yang kita bisa lakukan memang benar : Memilih Untuk Menantang, dan tidak kalah dengan Pandemi Covid – 19.

Pertama, terus berdayakan diri dengan pengetahuan dan teknologi informasi, dalam hal ini Internet of Things (IoT).
Perempuan dan IoT merupakan kombinasi kuat yang saat ini dimiliki oleh suatu negara yang berkembang. Perempuan, dengan segala keunikan dan kelebihan yang dimilikinya, ketika diberdayakan akan memiliki potensi yang tinggi tidak saja untuk dirinya pribadi, tetapi bagi generasi yang akan lahir dari kandungannya. Sebuah survei melaporkan bahwa, kecerdasan seorang anak menurun dari orang tua perempuan, yaitu Ibu. Pastikan kita mengisi masa Pandemi Covid dengan mempelajari hal baru, agar ketika Pandemi berlalu, kita telah memiliki ketrampilan yang baru. Salah satu pengetahuan yang perlu kita up grade adalah literasi IoT. IoT adalah teknologi yang mau tidak mau saat ini kita harus terima sebagai bagian dari kebutuhan, dan bukan lagi keinginan. Ketika perempuan diberdayakan dengan maksimal dalam penggunaan teknologi IoT, termasuk dalam upaya menambah penghasilan melalui aktivitas ekonomi online, maka banyak hal bisa tercapai. Selain pendapatan bertambah, mayoritas waktu dengan IoT juga akan terpakai dengan positif. Kita tidak saja menggunakan media sosial sekedar untuk having fun, namun juga untuk alasan ekonomi. Tidak dapat dipungkiri, bahwa IoT membawa dampak perubahan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Pembelajaran online, digitalisasi ekonomi, dan semua membutuhkan soft skill agar kita tidak terbawa dengan efek negatif IoT, salah satunya kebiasaan membagikan berita yang belum tentu kebenaran dan menimbulkan provokasi.

Hal kedua yang bisa kita lakukan adalah, Sayangi diri kita sendiri. Milikilah waktu untuk diri sendiri (Me Time). Temukan hobi kita, entah itu membaca, sekedar mendengarkan musik, atau bahkan travelling dengan memperhatikan Protokol Kesehatan. Seorang perempuan yang bahagia, akan lebih muda menghadapi tantangan apapun dalam kehidupannya.

Hal ketiga yang bisa kita lakukan dalam memaknai Hari Perempuan Sedunia adalah, bantulah sesama perempuan. Banyak hal bisa kita lakukan dalam membantu perempuan, yang bahkan tidak kita kenal, yang tanpa kita sadari membantu menyambung hidup orang lain. Contoh kecil adalah, ketika teman, saudara atau kenalan kita berjualan makanan, pahamilah etikanya. Jika kita mampu membayar sesuai kewajaran harga, maka jangan menawar dengan harga rendah, dengan alasan kita saling mengenal. Hal lain yang bisa kita lakukan jika memiliki waktu luang, bisa saling berbagi hal positif dalam komunitas, sekedar sharing manfaat positif untuk bisa saling menguatkan.

Hari Perempuan Sedunia, juga menjadi refleksi bagi kita untuk merenungkan, apa yang sudah kita jalani dalam hidup selama ini. Kita, anak perempuan kita, sahabat atau kerabat perempuan kita saat ini memiliki jalan hidup berbeda dari Kyal Sin. Kita jauh dari kehidupan rusuh akibat demonstrasi. Namun kita bisa menuri semangatnya dalam melakukan perennya. Apakah kita kita telah melakukan peran kita sebagai perempuan dengan baik? Banyak hal positif yang bisa kita lakukan. Mari, kita memilih untuk menantang kehidupan ini, dengan banyak berbuat kebaikan bagi sesama perempuan.

Saya teringat suatu kutipan yang mengatakan “Girls Compete, Women Empower”. Ketika gadis remaja masih sibuk untuk berkompetisi dalam mencari jati diri, perempuan dewasa akan saling memberdayakan. (*)