MANADO – Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) Sulawesi Utara (Sulut) dan Gorontalo memastikan bahwa stok beras di kedua provinsi, terlebih khusus di Sulut masih aman pascaperayaan Paskah dan menjelang bulan Ramadan.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Bulog Divre Sulawesi Utara dan Gorontalo, Eko Hari Kuncahyo kepada wartawan SINDOMANADO.COM saat dihubungi terkait ketersedian stok beras di Sulut dalam menghadapi dua perayaan keagamaan tersebut.
“Untuk ketersediaan bahan-bahan pokok khususnya beras di Bulog Divre Sulut dan Gorontalo relatif aman. Masih sebesar 7.000 Ton yang terdiri dari 6.800 Ton beras medium dan 200 ton beras premium,” ujar Eko, akhir pekan lalu.
Lanjut dikatakannya, dari stok sebanyak 7.000 Ton ini, pihak Bulog selalu menjaga tingkat ketersediaan beras di masyarakat serta pihaknya juga selalu menjaga kualitas beras yang disimpan, juga keterjangkauannya.
“Dari 7.000 ton ini, kalau dilihat untuk ketahanan beberapa bulan kedepan jika dilihat dari rata-rata penyaluaran perbulan yakni dengan asumsi sekira 1.000 Ton perbulan, maka stok 7.000 Ton ini masih mencukupi untuk tujuh bulan kedepan,” bebernya. Kendati demikian, ungkap Eko, disamping itu Bulog Divre Sulut dan Gorontalo juga tetap terus melakukan penambahan stok cadangan beras lewat pembelian beras dari hasil produksi beras lokal atau dalam negeri.
“Kita upayakan semaksimal mungkin bahwa Bulog selalu siap untuk menyongsong panen beras yang diproduksi daerah setempat, dengan berupaya membeli hasil produksi beras sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang ada,” papar Eko.
Untuk saat ini sendiri, pihaknya masih membeli beras masih dalam jumlah yang tak terlalu banyak yakni sekira 300 Ton beras. “Itu tetap kita upayakan penambahan. Untuk harga beras sendiri saat ini masih relatif aman. Tidak ada kenaikan, dimana harganya relatif stabil,” pungkasnya.
Harga beras saat ini masih relatif stabil yakni berkisar diantara Rp9.000 sampai dengan Rp12.000 per kilogramnya. “Dengan masing-masing kualitas. Seperti beras medium itu harganya pasti lebih rendah dibandingkan dengan beras kualitas premium,” kuncinya. (Fernando Rumetor)
Tinggalkan Balasan