MANADO – Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) atau PNS pastinya mempunyai kebanggaan tersendiri jika dapat menjalankan tugasnya hingga menapaki masa pensiun.

Demikian dirasakan Mieke Pangkong, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

Pejabat low profile ini akan memasuki masa pensiun sesuai SK Purna Tugasnya terhitung pada 1 Juni 2021.

Banyak kesan dan ungkapan syukur disampaikan Mieke Pangkong saat berbincang hangat dengan SINDOMANADO.COM di ruang kerjanya, Senin (12/4/2021).

Mieke Pangkong saat dilantik sebagai Kepala Dinas P3A oleh Gubernur Sulut bersama pejabat eselon II lainnya di Pemprov Sulut pada 3 Januari 2017. (istimewa)

Ia menceritakan awalnya masuk sebagai PNS. Mieke tertarik mengikuti seleksi PNS saat dibuka penerimaan pada tahun 1986.

Mieke berhasil diterima dan bertugas pertama di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sulut.

“Saya awalnya bertugas sebagai staf di Bidang Fisik dan Prasarana,” ungkapnya.

Satu tahun kemudian atau tahun 1987, Mieke yang dinilai menunjukkan kinerja yang baik dipercayakan sebagai Kepala Seksi (Kasie) Tata Guna Tanah di Bidang Fisik dan Prasarana.

Lama berkecimpung dalam tugasnya tersebut, Mieke selanjutnya dilantik sebagai Kepala Bidang (Kabid) Sarana dan Prasarana di Bappeda Sulut pada tahun 2004.

Ia juga pernah dipercayakan menjabat Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bappeda Sulut pada tahun 2007.

“Itu waktu pemerintahan Almarhum pak Sinyo Harry Sarundajang (SHS),” ujarnya.

Mieke juga pernah ditugaskan sebagai Kepala Bapelitbang dan PMD di Kabupaten Bolmong Selatan (Bolsel) tahun 2009-2011.

Kemudian saat pelaksanaan rotasi jabatan pada tahun 2012, Mieke dipercayakan menjabat Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BP3A).

“Saya sudah pernah tugas di sini. Sebelumnya memang lama bertugas di Bappeda Sulut,” kenangnya.

Dua tahun berlalu, Mieke selanjutnya dipercayakan menjabat sebagai Staf Ahli Gubernur Sulut pada tahun 2014.

Kepala Dinas P3A Provinsi Sulut Mieke Pangkong foto bersama jajarannya. (istimewa)

Nah, saat pemerintahan Gubernur Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Steven Kandouw (OD-SK) di periode pertama, Mieke kemudian dilantik sebagai Kepala Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Sulut pada tahun 2017.

“Saya kembali lagi tugas di sini. Tapi nomenklaturnya sudah berubah. Kalau dulu badan, sekarang sudah jadi dinas,” tuturnya.

Ibu tiga orang anak ini mengaku bangga bisa menjadi bagian dalam pemerintahan OD-SK.

“Pastinya saya sangat merasa bangga.Karena periode pertama dan kedua pemerintahan OD-SK, saya boleh dipercayakan menjabat Kepala Dinas P3A untuk menunjang bersama apa yang menjadi visi dan misi OD-SK,” ujarnya.

Masuk dalam kabinet pemerintahan OD-SK, Mieke mengaku dirinya dituntut bekerja keras, kerja cepat dan tepat, serta berinovasi.

“Pak Olly dan pak Steven menginginkan kita bekerja keras dengan memacu apa yang menjadi program kerja, supaya terlaksana maksimal untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat,” bebernya.

Mieke mengatakan, OD-SK merupakan pemimpin yang luar biasa. Kerja keras yang ditunjukkan keduanya, mengharuskan dirinya harus menyesuaikan dengan ritme kerja OD-SK.

“Kita bukan cuma dituntut bekerja sesuai tupoksi saja, tetapi harus berinovasi. Artinya punya pemikiran out of the box, agar lewat inovasi yang dihasilkan lebih memantapkan lagi pelaksanaan program-program kerja untuk masyarakat,” sebutnya.

Perempuan kelahiran 19 Mei 1961 ini berkomitmen, apa yang dipercayakan pimpinan untuk jabatannya tersebut harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan profesional.

“Kepercayaan pimpinan ini menjadi motivasi besar bagi saya untuk menjawabnya dengan kerja sesuai yang diharapkan, termasuk bisa mengukir prestasi,” terangnya.

Mieke Pangkong saat menerima Penghargaan Parahita Ekapraya tahun 2018 dari Wakil Presiden RI yang diserahkan langsung Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) di Istana Wakil Presiden RI. (istimewa)

Benar saja, selama menjabat Kepala Dinas P3A di masa pemerintahan OD-SK, Mieke banyak membuat inovasi-inovasi hingga berbuntut apresiasi dan penghargaan.

Ia berhasil membawa Dinas P3A Sulut meraih penghargaan dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang merupakan Lembaga Sertifkasi Mutu pada 2016.

Keberhasilan itu, karena Dinas P3A Sulut dapat menghadirkan Penanganan Pusat Pelayanan Terpadu Berstandar Internasional.

“Standar pelayanan kita memenuhi persyaratan SNI ISO. Penghargaan tersebut terus memotivasi kami untuk terus berkarya,” akunya.

Mieke pun membawa Dinas P3A Sulut meraih Penghargaan Parahita Ekapraya tahun 2018 dari Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla.

Penghargaan tersebut diserahkan langsung Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) di Istana Wakil Presiden RI.

“Penghargaan Parahita Ekapraya ini karena program Pengarusutamaan Gender (PUG) boleh terlaksana dengan baik di Sulut,” jelasnya.

Kata Mieke, PUG ini adalah strategi yang dilakukan secara rasional dan sistematis untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam aspek kehidupan manusia melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki untuk memberdayakan perempuan.

Di tahun yang sama, Dinas P3A Sulut mendapatkan penghargaan atas pelayanan publik terbaik dalam Pameran Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Provinsi Sulut pada 2018.

“Inovasi pelayanan kita yakni Aplikasi Laporan Kekerasan Secara Online (LAKER). Ini dinilai pelayanan inovasi terbaik untuk membantu program pelayanan khususnya dalam kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak,” ucapnya.

Lantas bagaimana respon keluarganya, baik suami dan anak-anak yang melihatnya hampir setiap hari sibuk dalam tugasnya?

Mieke mengaku beruntung karena keluarganya sangat mengerti dan mendukung apa yang menjadi tugasnya sebagai Kepala Dinas P3A.

“Sibuk, pastinya sudah hal biasa. Pagi ke kantor pulangnya jelang malam. Apalagi jika ada kasus terkait kekerasan perempuan dan anak, tentu saya harus berkoordinasi baik dengan jajaran dan kepolisian untuk penanganan,” sebut Mieke.

Bahkan, beberapa kali dirinya harus terjaga tengah malam karena mendadak ada laporan kasus yang mesti cepat ditindaklanjuti.

“Yah, tapi saya senang dan bersyukur dapat menjalani tugas ini dengan baik. Keluarga juga terus memberikan support. Makanya saya tetap enjoy dalam bekerja,” tukasnya.

Menutup perbincangan, Alumni Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado ini mengatakan, kerja keras, disiplin, tanggung jawab, kejujuran dan loyalitas menjadi pegangannya selama menjalani tugas sebagai PNS.

“Oleh karena itu, siapapun kita, apapun pekerjaan kita, harus dijalani dan dikerjakan dengan tulus dan penuh tanggung jawab, supaya hasilnya bisa sesuai yang diharapkan,” tandasnya. (rivco tololiu)