TALAUD — Siklon Tropis Surigae di Utara Samudera Pasifik cukup memberikan dampak bagi cuaca maritim di perairan Utara Indonesia.
Khususnya di wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud yang berada di wilayah paling Utara Indonesia dan persis berada di bibir Samudera Pasifik. Angin kencang yang berhembus, ombak besar serta curah hujan yang tinggi telah berlangsung sejak beberapa hari terakhir.
“Cuaca yang cukup ekstrem tersebut telah menimbulkan beberapa kerusakan di darat, baik menumbangkan pohon, tiang listrik, menara pemancar, menerbangkan atap bangunan bahkan sampai merobohkan tempat ibadah,” ujar Danlanal Melonguane, Letkol Marinir Adi Sucipto, Hanla kepada sejumlah wartawan, Selasa (20/4/2021).
Menurut ia, cuaca ekstrem akibat siklon tropis Surigae tersebut juga berdampak bagi para pengguna laut. Beberapa kapal penumpang dengan tujuan Manado-Melonguane pun juga dibatalkan berlayar dengan pertimbangan keamanan dan keselamatan.
Saat Lanal Melonguane menerima laporan dari masyarakat bahwa ada tiga nelayan asal Kecamatan Beo yang telah beberapa hari terjebak di atas rumpon di tengah ombak besar perairan Talaud.
Dengan tanggap Lanal Melonguane merespon dengan cepat dengan cara menganalisa laporan, merencanakan kegiatan, menyiapkan personel, peralatan (SAR, evakuasi dan medis) serta menyiapkan alutsista untuk melaksanakan kegiatan SAR dan evakuasi nelayan dengan menggunakan searider Lanal Melonguane.
Danlanal Melonguane memimpin langsung tim gabungan (Tim SFQR Lanal Melonguane dan BPBD Talaud) melaksanakan kegiatan SAR dan evakuasi ketiga nelayan di perairan Barat Pulau Karakelang Talaud.
Kegiatan tersebut juga diikuti oleh beberapa wartawan Talaud dengan cara turut on board di atas searider.
Didukung dengan perencanaan yang tepat dan cepat, kemampuan membaca kondisi perairan dan cuaca serta kemampuan jelajah searider Lanal Melonguane yang baik, maka ketiga nelayan yang berada di dua lokasi berbeda di tengah laut tersebut dapat dengan cepat dievakuasi dengan selamat dan aman.
Setelah ketiga nelayan tersebut berhasil dievakuasi di atas searider, personel kesehatan Lanal Melonguane melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan memberikan minuman dan makanan guna membantu memulihkan kondisi mereka yang sudah beberapa hari kekurangan logistik makanan dan minuman di tengah laut.
Dari dua titik evakuasi, ketiga nelayan asal Kecamatan Beo tersebut kemudian diantar ke Posal Talaud Lanal Melonguane yang berada dekat dengan rumah mereka untuk selanjutnya diserahkan kepada pihak keluarga.
Usai evakuasi dan pengantaran ketiga nelayan, dengan mengendarai searder, Danlanal Melonguane melesat cepat membawa Tim SAR Gabungan untuk kembali ke Melonguane.
Ditambahkan Danlanal, ucapan syukurnya karena kegiatan SAR dan evakuasi dapat dilaksanakan dengan cepat, lancar dan aman. Terkait bagaimana situasi dan kondisi di laut khususnya di wilayah perbatasan ini, sejak awal Siklon Tropis Surigae terbentuk, saya hampir setiap hari mengingatkan dan memberikan imbauan, salah satunya melalui status WA pribadi saya.
” Kita patut bersyukur atas selamatnya ketiga nelayan yang Terjebak di lautan, dari marah bahaya akibat cuaca ekstrim disertai badai siklon tropis,” ujar Sucipto yang pernah berdinas dan ditempa di satuan khusus (Taifib) Korps Marinir TNI Angkatan Laut dan telah mengarungi jarak lebih dari 1.000 nm (1.852 km) lautan dengan searider di bibir Samudera Pasifik ini.
Untuk itu, masyarakat dihimbau agar tetap waspada terhadap cuaca ekstrim dan badai yang tiba-tiba datang. Mari kita selalu waspada dan terus memonitor kondisi cuaca yang sedang berlaku maupun yang prediktif. (Jasman)
Tinggalkan Balasan