MANADO – Kinerja perekonomian Sulawesi Utara (Sulut) pada triwulan Ill 2022 menunjukkan tren positif, dengan mengalami pertumbuhan sebesar 6,62% (yoy).

“Capaian tersebut, menunjukkan tren pemulihan ekonomi terus berlanjut dan semakin menguat di tengah ketidakpastian ekonomi global,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, Andry Prasmuko, Rabu (16/11/2022).

Data BPS menyebutkan, angka pertumbuhan 6,62% (yoy) ini lebih tinggi dari capaian triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 5,93% (yoy), serta lebih tinggi dari capaian nasional yang tumbuh 5,72% (yoy). 

“Kinerja ekonomi yang tetap kuat tersebut ditopang oleh berlanjutnya perbaikan permintaan domestik dan tetap tingginya kinerja ekspor,” beber Andry.

Ke depan, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi diperkirakan tetap kuat didorong oleh perbaikan permintaan domestik sejalan dengan terus meningkatnya mobilitas.

“Namun demikian, peningkatan risiko inflasi dan penurunan global economic growth sebagai dampak ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina berpotensi menahan percepatan pemulihan kinerja perekonomian Sulut, di tengah pengendalian kasus COVID-19 dan progress vaksinasi yang semakin baik,” jelasnyanya.

Oleh karena itu, menjaga mobilitas masyarakat dengan tetap menjalankan protokol kesehatan dalam new normal, adalah kunci dalam mempercepat pemulihan perekonomian daerah.

“Konsumsi pemerintah yang masih berperan penting dalam perekonomian daerah, diharapkan dapat dipercepat realisasinya terutama dari sisi belanja modal,” tutur Andry.

Hal ini penting mengingat efek multiplier konsumsi pemerintah pada perekonomian. Selain itu, percepatan adaptasi pada ekonomi digital perlu ditingkatkan untuk tetap menjaga momentum pemulihan perekonomian, meski masih dibayangi risiko pandemi.

Untuk itu, kata Andry, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah daerah dan bekerja sama dalam upaya mengatasi inflasi untuk menjaga daya beli masyarakat.

“Dan mendukung inklusi keuangan melalui pengembangan UMKM, dan pemberdayaan masyarakat miskin, serta berbagai program digitalisasi ekonomi yang memungkinkan masyarakat dapat beradaptasi dengan perkembangan modern,” kuncinya. (Fernando Rumetor)