MANADO – Antusiasme pemutaran film ‘Uti deng Keke’ nyatanya sampai juga kepada kalangan eksekutif dan legislatif di Sulawesi Utara (Sulut).

Anggota DPR-RI asal Sulut, Hillary Lasut pun berinisiatif mengadakan Nonton Bareng (Nobar) film garapan Gema Production itu pada Senin (21/11/2022) di XXI Mantos 3. 

Beberapa pejabat seperti Bupati Kepulauan Talaud Elly Lasut, anggota DPRD Sulut Amir Liputo dan Billy Lombok terlihat ikut hadir, begitu juga pelajar dan guru di salah satu SMA di Kota Manado

Usai menonton film tersebut, Hillary Lasut yang datang didampingi pasangan Lettu Inf Yohanes Prasetyo Rahawarin, menyampaikan bahwa film ini menampilkan betul budaya lokal yang ada di Sulut dan Gorontalo.

“Tetapi memang kedepannya kalau bisa diperkuat lagi jalan ceritanya, karena mungkin ada anak-anak di bawah umur yang masih belum paham jalan ceritanya, benang merahnya,” ungkap Hillary.

Kendati demikian, Hillary menyebut bahwa film ini sangat menggambarkan kenyataan yang sering terjadi di Indonesia, dimana agak sulit mempersatukan dua agama, dua daerah menjadi satu keluarga yang bersahabat.

“Di Film ini bisa menggambarkan bahwa persahabatan antara dua hal berbeda itu bisa terjadi. Namun, ada hal-hal yang harus dibatasi, sambil terus menjaga persahabatan itu,” tutur Hillary.

Anggota DPR-RI termuda ini pun berharap agar seluruh kru dan pemain yang terlibat di Film ‘Uti deng Keke’ jangan berhenti untuk berkarya, dan terus memberikan yang terbaik.

“Dan semua warga masyarakat di Sulut maupun Gorontalo kiranya bisa terus mendukung sineas muda lokal, supaya bisa terus berjaya dan Go Nasional bahkan Internasional,” ungkapnya.

Sementara itu, Bupati Talaud Elly Lasut menyampaikan bahwa film ini layak ditonton karena menggambarkan nilai-nilai universal yang mempersatukan manusia.

“Persahabatan, cinta kasih, ketulusan dan keikhlasan itu yang akan mempersatukan siapapun dia. Dan ini yang ditampilkan dalam film ‘Uti deng Keke’,” tutur Elly Lasut.

Lanjutnya, nilai-nilai persatuan yang ada dalam film ini menjadi pelajaran penting bagi para generasi muda. “Kita tidak melihat perbedaan, tetapi lebih melihat kepada hal-hal yang mempersatukan,” bebernya. 

Senada disampaikan anggota DPRD Sulut, Amir Liputo. Dirinya menggarisbawahi bahwa perbedaan suku, agama, ras dan budaya bukan menjadi halangan untuk kita hidup bersama.

“Dari film ini bisa digambarkan bahwa orang Minahasa yang mayoritas Kristen bisa hidup berdamai dan bersekolah di Gorontalo, begitu juga sebaliknya. Ini menggambarkan bahwa NKRI digali dari kultur budaya masyarakat kita sendiri,” ungkap Liputo.

“Mudah-mudahan dengan film ini bisa menggambarkan citra kita ke Dunia bahwa falsafah ‘Torang Samua Basudara’ (Kita semua bersaudara, red), saling bersama, sudah terpupuk sejak dahulu,” tukasnya.

Kedepan, kata Liputo, tugas kita sebagai anak muda untuk meneruskan dan mempertahankan hal ini. “Dan terus mensosialisasikan untuk NKRI yang semakin jaya,” kuncinya. (Fernando Rumetor)