Selanjutnya pada hari kedua, para peserta dibagi menjadi dua kelompok dimana kelompok pertama mengunjungi Department of Enterprise, Investment, and Trade of New South Wales Government, dan kelompok kedua mengunjungi Destination New South Wales.

Diketahui dari pertemuan tersebut, disampaikan adanya kemudahan prosedur dan perizinan termasuk pemberian insentif untuk investor ke Australia khususnya di Sydney.

“Dimana regulasi seluruhnya ditentukan oleh negara bagian sehingga proses regulasi menjadi lebih cepat dan tepat, guna kepentingan perlindungan bagi investor,” tuturnya.

Dari hasil Benchmarking, diperoleh gambaran umum terkait kemudahan dan pemberian insentif untuk menggairahkan investasi di negara bagian. 

Pembuatan regulasi tidak sampai ke negara federal dan cukup diselesaikan semua di negara-negara bagian, sehingga memudahkan bagi investor untuk pengurusannya.

Selain itu, investasi juga dilaksanakan dengan mempertimbangkan pengamanan produksi dalam negeri, sumber daya manusia dari luar negeri bagian yang diberikan ruang khususnya yakni memiliki keahlian khusus.

Dalam menghadapi krisis global, Australia sebagai negara yang memiliki potensi sumber daya alam (SDA) berlimpah, dan memberikan kesempatan bagi investor asing untuk berkompetisi dalam rangka eksplorasi SDA sehingga dapat berkolaborasi dengan investor lokal. 

“Seluruh peluang investasi juga dilaksanakan dengan digitalisasi yang memudahkan semua persyaratan, namun juga harus mempertimbangkan aspek berkelanjutan dan kelestarian lingkungan,” kata Theodorus.

“Pelajaran dari Benchmarking ini yaitu fokus dan kolaborasi dalam mencapai tujuan organisasi,” kuncinya. (Fernando Rumetor)