Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). Indeks Harga yang Diterima Petani (It) adalah indeks yang menunjukkan perkembangan atas nilai hasil produksi pertanian. Semakin tinggi Indeks Harga Yang Diterima Petani (lt), maka semakin tinggi nilai jual hasil produksi petani tersebut.

Salah satu klasifikasi indeks dalam penyusun NTP dari indeks yang Diterima petani (lt) adalah subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR). Sesuai data BPS, Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Petani Tanaman Perkebunan di Sulawesi Utara masih di bawah Indeks Harga yang Diterima Petani (It) di Riau bahkan Nasional. 

Tingginya Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Petani Tanaman Perkebunan di Riau, secara langsung akan berdampak pada tingginya Indek Nilai Tukar Petani (NTP) sehingga akan semakin baiknya daya beli petani terhadap pemenuhan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi pertanian dan berarti tingkat kehidupan petani relatif lebih sejahtera.

Salah satu penyebab masih rendahnya hasil produksi petani Kopra di Sulawesi Utara diantaranya adalah petani cenderung menjual langsung hasil produksi kopranya ke pedagang pengepul (pihak swasta) atau menjual langsung hasil produksinya ke luar daerah. Masih minimnya daya tampung kopra dari petani oleh Bulog, Koperasi dan BUMDES di Sulawesi Utara akan berdampak pada jatuhnya harga kopra di pasaran.

Keberhasilan Riau dalam upaya meningkatkan nilai jual hasil produksi kelapa tak luput adanya peran serta aktif pemerintah daerah sehingga dapat meningkatkan harga jual komoditas kelapa dan kelapa sawit. Beberapa peran pemerintah daerah setempat dalam meningkatkan hasil jual produksi petani kopra adalah: 

  1. telah dilakukan kemitraan integrative 3 stakeholder utamanya yaitu Petani Kelapa, Pengusaha Kelapa (Pabrik Pengolahan Kelapa) dan pemerintah daerah; 
  2. penetapan harga pembelian kelapa oleh pemerintah daerah; 
  3. perbaikan infrastruktur kebun kelapa; 
  4. replanting; 
  5. percepat hilirisasi industri pengolahan kelapa secara terpadu; 
  6. pengembangan UKM pengolahan kelapa; 
  7. peningkatan akses petani terhadap bibit unggulan; 

Dari sisi serapan tenaga kerja, salah satu indikator keberhasilan suatu industri pengolahan, ditandai dengan kemampuan unit usaha dimaksud menyerap tenaga kerja. Tuntutan hasil produksi yang semakin meningkat setiap tahunnya, akan diimbangi dengan semakin besarnya penggunaan tenaga kerja.