Oleh : Ake Royke Calvin Langingi, S.Kep.,M.Kes

(Dosen STIKES Gunung Maria Tomohon)

Salah satu gangguan sistem persarafan yang menyebabkan kecacatan adalah stroke. Sekitar sepertiga penderita stroke di dunia mengalami kecacatan permanen.
Stroke terjadi ketika pembuluh darah otak gagal menyuplai oksigen ke sel-sel otak atau ketika sel-sel otak tidak menerima nutrisi dan oksigen dari darah.

Gejala stroke biasanya muncul secara mendadak, dengan kehilangan kekuatan pada salah satu sisi tubuh, bingung, kesulitan bicara dan memahami, masalah dengan penglihatan, kesulitan berjalan, sakit kepala, dan kehilangan keseimbangan.

World Health Organization (2018) menyatakan bahwa stroke adalah ketika aliran darah ke otak terputus, biasanya karena pembuluh darah pecah atau tersumbat, yang mengurangi pasokan nutrisi dan oksigen ke otak. Stroke menyebabkan kerusakan fisik atau ketidakmampuan.

Di Indonesia, resiko terkena stroke meningkat seiring bertambahnya usia. Hal itu terjadi karena angka kesakitan, kecacatan, kematian, dan biaya yang tinggi, sehingga stroke masih menjadi salah satu masalah penting bagi kesehatan masyarakat di negara maju dan berkembang, termasuk di Indonesia.

Stroke menduduki peringkat ketiga penyebab kematian di banyak negara di seluruh dunia, setelah kanker dan penyakit jantung koroner. Seperti yang ditunjukkan oleh hasil Riset Kesehatan Dasar. Peringkat ketiga terbanyak penderita stroke berada di Sulawesi Utara (Riskesdas) tahun 2013.

Beberapa hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa salah satu faktor penyebab stroke yakni pola makan serta budaya yang tentunya dikaitkan dengan suku. Kebiasaan makan makanan yang tinggi lemak, tinggi garam serta ditunjang oleh kurangnya aktivitas gerak menjadi faktor penyebab terjadinya stroke.

BAGAIMANA MENCEGAH STROKE?
Dalam menyelesaikan masalah ini, masyarakat harus lebih memahami faktor resiko stroke yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi termasuk hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, obesitas, hiperkolesterolemia, merokok, dan alkohol.

Faktor resiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi termasuk umur, jenis kelamin, dan ras. Menurut Kumalasari et al. (2022), salah satu cara yang paling efektif dan efisien untuk mengurangi kejadian stroke adalah upaya pencegahan. Salah satu cara untuk mencegah stroke adalah dengan mengubah gaya hidup Anda dan mengendalikan faktor risiko.

Pengobatan dapat mencegah sekitar 80% penyakit stroke. Karena banyak faktor yang berkontribusi pada stroke, pengobatan yang efektif dan efisien belum ditemukan hingga saat ini.

Upaya pencegahan adalah salah satu metode yang paling efektif untuk mengurangi risiko stroke. Dengan mengidentifikasi semua faktor risiko yang berpotensi menyebabkan stroke, upaya pencegahan baru dapat dilakukan.

Cara lain juga yang merupakan pencegahan stroke melalui media audio visual. Media jenis ini juga dianggap lebih menarik dan efektif karena kedua indra pendengaran dan penglihatan memiliki kemampuan untuk memproses informasi dengan lebih baik, sehingga dianggap lebih optimal dalam pemberian edukasi tentang pencegahan stroke. MARI HIDUP SEHAT DARI SEKARANG!!!

***