MANADO – Penyebaran berita hoax menjadi salah satu permasalahan serius saat ini. Berita hoax menggunakan media sosial dalam konteks negatif yang sengaja disebarluaskan sehingga membuat masyarakat merasa tidak aman, kebingungan sehingga dapat menyebabkan salah langkah bahkan ikut menyebarluaskan berita yang tidak benar sehingga mempengaruhi opini publik.
Penyebaran informasi tidak benar atau hoax sering dimaksudkan untuk melakukan black campaign dan negative compaign, dengan menggunakan sindiran, ujaran kebencian, dan rumor sehingga menimbulkan persepsi buruk terhadap seseorang atau sekelompok orang.
Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebut ada sebanyak 800 ribu situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar hoaks dan ujaran kebencian, termasuk media sosial.
Hasil Survei The Asian Parent menunjukkan, bahwa pengguna media sosial perempuan sebanyak 44%, dan 61% diantaranya adalah ibu-ibu, termasuk ibu-ibu PKK Kecamatan Mapanget Kota Manado yang juga sangat rentan menerima berita hoax melalui media sosial. Dampak yang ditimbulkan juga dari berita hoax juga akan menimbulkan keraguan terhadap informasi yang diterima dan membingungkan ibu-ibu.
Seperti baru-baru ini, ada video yang beredar dengan narasi kotak suara rusak. Dikatakan bahwa surat suara di Kecamatan Wenang disebutkan rusak. Narasi yang berkembang di medsos bahwa surat suara berjumlah 500 di Graha Gubernur itu adalah dari beberapa daerah di Kota Manado.
Namun, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Manado telah memberikan klarifikasi terkait viralnya surat suara di Kecamatan Wenang yang disebutkan rusak. Ketua KPU Manado Ferley Kaparang menegaskan bahwa Video yang beredar tersebut tidak benar.
Ia menyebut tidak ada segel yang rusak, sebab ada double segel. Semua kotak suara Kecamatan Wenang yang dipindahkan dari Graha Gubernur itu ke Kantor KPU Sulut tersegel dengan baik dan disaksikan masyarakat luas. Diharapkan masyarakat tidak mempercayai berita hoax tersebut.
Berita hoax tersebut membuat ibu-ibu PKK menjadi resah karena mendengar bahwa proses penyelenggaraan pemilu berjalan dengan tidak jujur, karena ada pihak-pihak yang melakukan kecurangan. Bahkan berita tersebut membuat ibu-ibu meneruskan atau share video juga ke pihak-pihak lain. Padahal itu adalah berita bohong.
Di media sosial juga banyak orang-orang yang melakukan penipuan, yaitu menjual barang-barang tertentu, kemudian meminta pembeli melakukan transfer uang pembelian terlebih dahulu, setelah ditunggu-tunggu ternyata barangnya tidak datang-datang. Banyak ibu-ibu PKK yang tertipu dengan cara-cara seperti itu.

Karena itu sangat perlu untuk melakukan pelatihan pada Ibu-Ibu PKK agar mampu mengidentifikasi dan membedakan mana berita hoax dan berita fakta, serta Ibu-Ibu juga menyadari potensi dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh berita hoax.
Tinggalkan Balasan