MANADO – Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara (BPS Sulut) mencatat inflasi Sulut pada Juli 2025 sebesar 0,21 persen (month-to-month) atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.

“Kenaikan harga beberapa komoditas menjadi pendorong inflasi, di antaranya beras, tomat, serta biaya pendidikan seiring masuknya tahun ajaran baru 2025/2026,” ucap Kepala BPS Sulut, Aidil Adha, Jumat (1/8/2025).

Berkurangnya pasokan akibat cuaca dan tingginya permintaan saat momen pengucapan syukur turut mendorong harga tomat naik.

“Sementara itu, pasokan beras dari luar daerah yang berkurang membuat harga beras ikut terdongkrak,” tutur Aidil.

Di sisi lain, penurunan harga daging babi menahan laju inflasi, menyusul meningkatnya stok baik di tingkat pedagang maupun peternak.

Sementara itu jika dilihat secara tahunan, inflasi Sulut pada Juli 2025 tercatat 2,04 persen (year-on-year), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.

“Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang terbesar dengan inflasi 5,02 persen, diikuti perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 6,71 persen,” ungkap Aidil.

Untuk inflasi antardaerah, Kotamobagu mencatat inflasi bulanan tertinggi sebesar 0,85 persen dengan beras sebagai komoditas pendorong utama. Sementara itu, Minahasa Utara justru mengalami deflasi sebesar -0,59 persen, ditopang turunnya harga ikan deho.

Jika dilihat secara tahunan (y-on-y), inflasi tertinggi terjadi di Kota Kotamobagu sebesar 3,20 persen, dengan cabai rawit sebagai penyumbang utama. Sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Manado sebesar 1,60 persen.

Dengan capaian ini, inflasi Sulut pada Juli 2025 masih terkendali meski tekanan harga pangan tetap menjadi faktor dominan. (nando/*)