MANADO – Penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) terus menunjukkan tren positif.

Data Bank Indonesia (BI) mencatat hingga Juni 2025, jumlah pengguna QRIS telah mencapai 503.301 orang, atau sekitar 28% dari penduduk usia produktif di daerah ini.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, Darmawan T. B. Hutabarat, menyampaikan bahwa perkembangan ini menunjukkan masyarakat Sulut semakin adaptif dalam menyambut era digitalisasi pembayaran.

“Pertumbuhan transaksi digital di Sulawesi Utara merupakan bukti nyata bahwa masyarakat kita siap bertransformasi,” ujar Darmawan saat Sosialisasi Interoperabilitas Transaksi Elektronik dan CBP Rupiah, Kamis (14/8/2025).

“Total transaksi QRIS hingga Juni 2025 telah menembus 27 juta transaksi dengan nilai sekitar Rp3 triliun, didukung oleh 332.045 merchant yang sudah terhubung dengan QRIS,” paparnya.

Ia menambahkan, adopsi QRIS semakin meluas ke berbagai sektor, mulai dari program ETPD Pemerintah Daerah, transportasi, pariwisata, sosial-keagamaan, hingga usaha mikro kecil.

Kehadiran QRIS dinilai telah memudahkan masyarakat dalam melakukan pembayaran sehari-hari secara cepat, efisien, dan aman.

Meski begitu, Darmawan mengingatkan bahwa peningkatan literasi digital dan keamanan transaksi masih menjadi tantangan.

“Kami ingin masyarakat tidak hanya tahu cara menggunakan QRIS, tetapi juga memahami risikonya serta mampu bertransaksi dengan bijak. Dengan begitu, digitalisasi pembayaran dapat benar-benar memberi manfaat luas bagi ekonomi daerah,” tegasnya.

Menurutnya, setiap transaksi digital menggunakan QRIS bukan sekadar soal kemudahan, melainkan juga bentuk dukungan pada perekonomian Indonesia.

“Digitalisasi pembayaran bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang membangun kepercayaan dan kebiasaan baru. Setiap kali kita menggunakan QRIS, kita sedang berkontribusi pada perekonomian yang lebih efisien, transparan, dan modern,” tutup Darmawan. (nando/*)