MANADO – Peningkatan sumber daya manusia (SDM) tenaga medis dan kesehatan menjadi hal penting dalam memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat. Hal tersebut mendorong Dinas Kesehatan Daerah (Dinkesda) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) untuk memantapkannya.
Kepala Dinkesda Sulut dr Debie Kalalo melalui Kabid Sumber Daya Kesehatan dan Farmasi Alat Kesehatan (SDK-FAK), Djonny Matali mengatakan, peningkatan SDM yang dimaksud yakni dengan memperbanyak pelatihan.
“Kita terus mendorong program Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) berupa pelatihan untuk tenaga medis yang meliputi dokter umum dan dokter gigi. Begitu juga tenaga kesehatan yakni perawat, tenaga kesehatan masyarakat, apoteker, bidan dan lainnya,” kata Matali, Selasa (27/8/2019).
Lanjut dia, pelatihan yang dilakukan melibatkan kabupaten/kota melalui instansi terkaitnya, seperti diklat dan jabatan fungsional.
“Ini kita rutin lakukan setiap tahun. Tujuannya, agar ada pemantapan SDM serta memahami betul tugas dan fungsi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,” tuturnya.
Menurut dia, pemenuhan akreditasi bagi rumah sakit dan puskesmas yang terus didorong Dinkesda Sulut mempunyai manfaat soal pemenuhan tenaga medis dan kesehatan yang mempunyai SDM mumpuni.
“Makanya, pemenuhan akreditasi ini kita dorong terus, agar semua rumah sakit dan puskesmas di Sulut dapat terakreditasi untuk menunjang pelayanan prima kepada masyarakat,” terangnya.
Matali juga menjelaskan, terkait peningkatan pelayanan kesehatan di wilayah kepulauan, program Nusantara Sehat masih akan terus berlanjut. Program ini, kata Matali, sangat membantu masyarakat kepulauan yang ingin berobat hingga tindakan operasi.
“Program Nusantara Sehat melibatkan kelompok tenaga medis dan kesehatan yang meliputi dokter spesialis, dokter umum, perawat, apoteker. Pokoknya lengkap. Tim ini bertugas secara bergantian,” ungkapnya.
Dia juga mengingatkan pihak rumah sakit, puskesmas dan dinas kesehatan (dinkes) di kabupaten/kota untuk mengakuratkan penyusunan Rencana Kebutuhan Obat (RKO) tahun 2020.
Matali mengakui, penting itu diseriusi agar kebutuhan obat di masing-masing rumah sakit dan puskesmas serta dinkes kabupaten/kota bisa tercukupi selama satu tahun.
“Pembuatan RKO ini menjadi dasar melakukan permintaan atas jenis macam kebutuhan obat yang diperlukan,” katanya.
Lanjut dia, pembuatan RKO memang ada rumusnya tersendiri. Penyusunan ini mesti mengacu pada kebutuhan obat di tahun sebelumnya.
“Contoh untuk RKO tahun 2020, harus mengacu pada kebutuhan obat di tahun 2019 dan ditambah kebutuhan cadangan,” terangnya.
Dia menerangkan, pihak yang menyusun RKO dapat memetakan jenis kebutuhan obat yang diperlukan selama satu tahun, serta menilai adanya potensi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) atas kasus penyakit.
“Seperti memperkirakan musim hujan dan panas yang terdampak timbulnya beragam penyakit. Contohnya, demam berdarah dengue (DBD) dan lainnya. Itu mesti diantisipasi lewat pembuatan RKO yang akurat,” imbuhnya.
Dia berharap, rumah sakit, puskesmas dan dinkes di kabupaten/kota dapat menyusun atau membuat RKO sebelum akhir tahun nanti.
“Itu nanti akan dikirim ke pusat. Nantinya juga dapat diketahui akumulasi kebutuhan obat daerah secara menyeluruh dalam kebutuhan nasional,” tandasnya. (rivco tololiu)
Tinggalkan Balasan