MANADO – Sungguh memiriskan dialami Melvin Suak, 33, warga Desa Wolaang, Kecamatan Langowan Timur, Kabupaten Minahasa. Perempuan yang hamil tua ini harus meregang nyawa bersama bayi di perutnya di Rumah Sakit (RS) Bethesda Tomohon, Jumat (10/4/2020).
Korban meregang nyawa dalam kondisi kesakitan diduga karena kelalaian petugas medis di RS Bethesda saat melakukan penanganan persalinan. Suami korban, Windo Mailangkay, menyayangkan tindakan rumah sakit yang seakan tidak memperhatikan istrinya saat proses persalinan berlangsung. Windo menjelaskan, istrinya sudah dirawat di RS Bethesda sejak Selasa (7/4). Istrinya waktu itu sudah mengeluhkan rasa sakit, sehingga dibawa ke rumah sakit tersebut.
“Saya bawa ke sini karena permintaan istri. Apalagi yang memeriksa kehamilan dokter ahli Obsgin di Kawangkoan, yang bertugas di RS Bethesda Tomohon,” ungkap Windo, kemarin. Lanjut dia, pada Kamis (9/4), istrinya kembali melakukan kontrol kesehatannya. “Saat itu dokter menawarkan untuk dilakukan operasi, tapi sebelumnya diberikan solusi agar diberi obat perangsang dulu. Kami menandatangani perjanjian untuk operasi,” tuturnya.
Windo mengatakan, saat diberi obat perangsang, sepanjang hari tersebut tidak ada kontrol atau pengawasan kepada istrinya. Sekira pukul 17.00 WITA, dirinya kembali mengecek untuk memastikan apakah akan dilakukan operasi. “Tapi, dokter rumah sakit hanya suruh saya bersabar. Pukul 17.00 WITA tersebut, belum ada penanganan. Istri saya mulai merasakan sakit yang luar biasa. Saya pun panggil dokter, tetapi saya hanya kembali disuruh menunggu,” bebernya dengan nada sedih.
Tak tahan melihat istrinya terus kesakitan, Windo membawa istrinya menuju ruangan. Sekira pukul 19.00 WITA, dirinya memanggil dokter tetapi juga tidak ada jawaban waktu itu. “Saya panggil terus, dan ada dokter menjawab untuk menyuruh istri saya berjalan,” terangnya.
Kondisi korban pun kala itu semakin memburuk. Windo mengaku istrinya mengeluarkan darah dari mulut, dan dalam kondisi lemah. Dokter pun menurutnya hanya menyuruhnya bersabar. “Dari jam 10 malam hingga tengah malam, seperti ada pembiaran. Istri saya keluar darah dari mulut dan dalam kondisi lemas, wajah pucat, tetapi tidak ditanggapi,” bebernya.
Akibat tidak ditangani dengan serius, Jumat (10/4) dini hari sekira pukul 01.20 WITA, istrinya bersama bayi di dalam perutnya meninggal dunia. “Beberapa saat sebelum istri saya meninggal, saya sudah memanggil perawat tapi terlambat. Istri saya sudah meninggal,” ungkapnya.
Sementara itu, saat dikonfirmasi, pihak RS Bethesda Tomohon melalui Direktur Utama dr Ramon Amiman menuturkan, pihaknya tengah mengumpulkan keterangan di lapangan.
“Atas kabar tersebur, langkah awal kami telah melakukan korscek internal, dimana menggali informasi mulai dari bidan untuk menggali kronologis yang ada saat itu,” jelasnya.
Dirinya menambahkan dalam waktu dekat pihaknya akan memanggil semua dokter yang bertanggung jawab di situ guna mengetahui kejelasan penyebab pasti. “Selain memanggil para perawat yang ada saat itu, kami juga akan mengecek ke dokter, kemudian akan dibahas dalam rapat komite dijadwalkan Rabu (Besok). Sesudahnya kami akan melakukan menghubungi keluarga guna menghasilkan keterangan jelas akan kejadian ini, untuk sementara baru ini yang bisa kami sampaikan,” lanjut dr Ramon. (Wailan/Rivco)
Tinggalkan Balasan