MANADO- Juru Bicara (Jubir) Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penanganan Covid-19 Sulut, dr Steaven Dandel mengatakan, dosis vaksin virus korona akan mulai didistribusikan secara bertahap ke seluruh Kabupaten dan Kota yang ada di Sulut sejak Senin (1/3/2021) ini. Untuk tahap dua ini, vaksinasi menyasar pelayan publik, termasuk wartawan (Lihat tabel).
“Mulai Senin akan didistribusikan dosis yang ada di Dinkes Sulut. Dimana untuk pendataan pelayan publik terus kita lakukan juga,” ujar Dandel kepada wartawan SINDOMANADO.COM.
Dirinya menuturkan, untuk saat ini dosis vaksin yang akan digunakan pada vaksinasi tahap dua bagi para pelayan publik sudah ada sebanyak 66.700 dosis. “Itu (jumlah dosis vaksin sebesar 66.700) belum keseluruhan. Masih akan datang lagi secara bertahap lagi, tetapi yang baru datang dan disimpan ada 66.700 dosis itu,” terangnya.
Lanjut disebutkan Dandel, untuk pelayan publik yang akan menerima vaksinasi sendiri antara lain aparatur sipil negara (ASN), anggota TNI dan Polri, guru, pedagang pasar, pelaku jasa Transportasi, anggota DPRD, Petugas Pariwisata, Hotel dan Restoran.
“Serta pelayan publik esensial lainnya. Ini bisa bermacam-macam seperti pegawai bank, PLN, BUMD, BUMN, wartawan dan semua yang sering bertemu dengan publik,” tutur Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkesda Sulut itu.
Kendati demikian, kata Dandel, yang harus dipahami masyarakat utamanya yang merupakan pelayan publik adalah pelaksanaan vaksinasi ini akan dilakukan secara bertahap dan tentunya dilakukan sesuai dengan ketersediaan vaksin yang ada di Bumi Nyiur Melambai.
“Sesuai ketersediaan vaksin yang ada, tidak ada istilah yang mana duluan-duluan. Datanya sudah ada. Jadi yang sudah memasukkan data itu yang akan duluan, yang belum memasukkan data ya terlambat,” tukas Dandel seraya menambahkan bahwa vaksinasi juga akan mulai dilakukan kepada para lanjut usia (Lansia).
“Untuk target sendiri, vaksinasi pada Lansia itu sampai Juni 2021, Maret sampai Juni. Kalau yang pelayan publik itu sampai April 2021, Maret sampai April. Ini maksudnya untuk suntikan vaksin dosis pertama, karena jarak antar suntikan vaksin sudah ditarik jadi 28 hari, bukan 14 hari lagi,” jelasnya.
Dandel pun mengingatkan agar Dinas-Dinas Kesehatan yang ada di Kabupaten dan Kota agar menggenjot pelaksanaan vaksinasi bagi pelayan publik dan lansia, sehingga bisa mencapai target yang diharapkan yakni selesai suntikan pertama untuk pelayan publik pada bulan April dan untuk Lansia pada bulan Juni.
“Jangan terlalu banyak kegiatan seremonial. Yang paling penting adalah cepat-cepat mencapai target saja,” ungkapnya. Ditambahkannya, hingga saat ini pelaksanaan vaksinasi tahap satu bagi tenaga kesehatan (Nakes) sudah berjalan sesuai rencana.
“Kendati demikian, masih banyak hal juga yang bisa dikoreksi (dari vaksinasi tahap satu bagi para Nakes). Karena ini kan vaksinasi massal, baru kali ini terjadi di seluruh dunia termasuk Indonesia yang melakukan program vaksinasi massal seperti ini,” sebut Dandel.
“Ada proses belajar tentunya. Kalau mau dikatakan ada kekurangan, pasti ada kekurangan. Vaksinasi massal ini baru terjadi pertama kali di Indonesia. Vaksinasi yang lalu-lalu targetnya hanya balita, bayi, anak-anak sekolah, tetapi ini kan semua, seluruh orang dewasa, jadi akan ada banyak pembelajaran baru,” imbuhnya.
Adapun, terkait Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi (KIPI) sendiri, ucap Dandel, memang ada yang dilaporkan, tetapi hanya sebatas efek samping atau gejala ringan saja pasca dilakukan penyuntikan vaksin yang ditemukan kurang lebih satu tahun sejak virus korona teridentifikasi dan telah menjadi pandemi ini.
“Ada laporan KIPI ringan dan sudah ditindaklanjuti oleh komite ahli-nya. Tidak ada KIPI berat yang dilaporkan,” pungkas Dandel. Sekadar diketahui, salah satu gejala KIPI ringan yang bisa dirasakan usai suntikan vaksin seperti nyeri, kemerahan dan bengkak pada tempat suntikan vaksin.
Kemudian bisa juga terjadi reaksi sistemik seperti demam, nyeri otot, nyeri sendi, badan lemas dan sakit kepala. Serta bisa juga reaksi lain seperti reaksi alergi. Pun apabila ada yang merasakan KIPI ringan hingga berat kemudian membutuhkan perawatan khusus, maka perawatan itu akan ditanggung oleh pemerintah.
Sementara itu, terkait vaksinasi bagi pelayan publik dan Lansia, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Manado, dr Ventje Kawengian meminta agar para pelayan publik dan Lansia tak perlu khawatir dan takut untuk disuntikkan vaksin, sebab vaksin ini sudah aman dan telah mendapat izin BPOM.
“Tidak usah takut untuk disuntik vaksin, juga efek samping yang bisa timbul. Sebab efek samping yang ada itu hanya ringan-ringan dan memang bisa terjadi seperti kala kita mendapat imunisasi pada waktu kecil dulu. Kalau terjadi pun, 99% itu hanya efek samping ringan saja,” beber dr Ventje.
“Mari menyambut vaksin ini, karena kesempatan penyuntikan vaksin sesudah Nakes itu adalah untuk para pelayan publik. Ini kesempatan yang harus digunakan, dimanfaatkan, Ini sangat penting, karena apabila semua sudah divaksinasi maka kesempatan bagi kuman ini berpindang ke inang satu (orang) dan yang lain itu sudah sangat-sangat terbata,” pungkasnya.
Dokter spesialis penyakit dalam ini juga mengungkapkan, apabila pelaksanaan vaksinasi bagi seluruh masyarakat bisa dilakukan dengan lancar dan semua orang sudah menjadi menciptakan imun dalam tubuh untuk membasmi virus korona, maka bisa saja virus ini tak akan ‘hidup’ berdampingan lagi dengan kita.
“Masyarakat juga harus memahami bahwa penyuntikkan vaksin tidak bisa dilakukan hanya dalam hitungan hari saja, melainkan bertahap karena harus disesuaikan dengan dosis vaksin, tingkat ketersediaan vaksin. Vaksin ini kan tidak terpenuhi satu kali, itu dipesan secara bertahap juga ke produsen-produsen vaksin,” tukas dr Ventje.
Saat ini memang baru vaksin CoronaVac dari Sinovac saja yang dipakai. Akan tetapi kedepannya vaksin-vaksin dari Pfizer, AstraZeneca, serta Novavax juga bakal dipakai dan vaksin-vaksin itu baru akan datang secara bertahap pada tahun 2021 sampai 2022 nanti.
“Kalau itu sudah datang, maka pelaksanaan vaksinasi bisa dilakukan untuk lebih banyak orang lagi. Bukan hanya bagi pelayan publik saja, tetapi bagi semua masyarakat sudah akan terpenuhi semua. Tetapi sekali lagi kita harus sabar, sebab memang vaksin ini datangnya bertahap,” harapnya.
dr Ventje memastikan bahwa seluruh masyarakat pastinya akan dapat giliran untuk disuntikan vaksin Covid-19 ini. “Lalu bagi yang sudah mendapatkan vaksin, mesti juga melaksanakan protokol kesehatan,” kata dokter yang diketahui juga ikut merawat pasien Covid-19 di RSUP Prof Kandou ini.
“Kami juga para Nakes yang sudah dapat suntikan vaksin bukan berarti bebas-bebas saat melayani pasien. Tetap harus menjaga, karena tidak menjamin 100% bahwa sudah divaksin itu sudah aman betul, tidak, tetap ada kemungkinan. Memang lebih bagus lagi setelah vaksin bisa periksa kadar pembentukan imun atau antibodi,” paparnya.
Lewat pemeriksaan itu, kata dr Ventje, bisa diketahui apabila sudah terbentuk antibodi Covid-19 atau tidak. “Bisa diketahui apabila sudah terjadi pembentukan antibodi yang optimal atau belum terlalu optimal. Jadi, secara preventif bagi yang sudah divaksin, harus juga melakukan protokol kesehatan,” ucap dr Ventje.
“Seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan itu tetap harus dilakukan. 3M itu harus dijaga,” kuncinya. (Fernando Rumetor)
Tinggalkan Balasan