JAKARTA – Menteri Kesehatan ( Menkes), Budi Gunadi Sadikin (BGS) mengatakan bahwa target vaksinasi untuk guru, dosen, dan tenaga pendidik mencapai 5,6 juta. Dia mengakui untuk guru capaian target vaksinasi memang belum sesuai yang diharapkan. “Vaksinasi guru sudah dimulai sejak awal Maret. Data yang kita lihat memang sampai sekarang belum seagresif yang kita inginkan,” ujarnya, Selasa (30/3/2021).

Dia pun sudah meminta timnya untuk bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) agar dibuat sentra-sentra vaksinasi. “Untuk bisa melakukannya itu sebagai sentra-sentra vaksinasi di beberapa pusat pendidikan yang bisa mendatangkan guru-gurunya sekaligus,” katanya.

Tidak hanya itu BGS juga meminta agar sekolah, universitas maupun pemerintah daerah (pemda) juga membuat hal serupa. Hal ini diharapkan dapat mengakselerasi target vaksinasi. “Jadi kami mohon semua sekolah, semua universitas, semua pemerintah daerah yuk bantu para pendidik kita untuk membuat program satu sekolah suntik bersama. Atau beberapa sekolah di satu kota suntik bersama. Sehingga mempercepat akselerasi untuk menyelesaikan 5,6 juta suntikan ini sampai akhir Juni,” jelasnya.

Menurutnya, percepatan vaksinasi bagi tenaga pendidik dapat melengkapi proses belajar tatap muka yang saat ini mulai dibuka. “Untuk itu mari kita buat program agar terjadi akselerasi untuk vaksinasi para guru ini. Sehingga proses belajar mengajar dilengkapi dengan vaksinasi, dilengkapi dengan protokol kesehatan yang baru bisa segera mulai. Sehingga investasi masa depan kita kepada anak-anak muda bangsa Indonesia ke depannya akan siap,” katanya.

Sementara itu Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda menegaskan jika vaksinasi guru bukan satu-satunya parameter untuk membuka sekolah. Menurutnya pemerintah harus benar-benar memastikan penerapan protokol kesehatan di sekolah sebelum dilakukan pembelajaran tatap muka. “Dari cek list yang disampaikan dalam SKB sebelumnya ada sekian persyaratan yang harus dipenuhi oleh sekolah jika akan melakukan pembelajaran tatap muka. Ini dalam pandangan kami harus dipenuhi sebelum sekolah benar-benar dibuka kembali. Jika perlu Kemendikbud harus mengalokasi anggaran khusus untuk memastikan protocol kesehatan diterapkan di sekolah,” katanya.

Huda menegaskan protokol kesehatan tersebut juga harus mencakup skenario kedatangan dan kepulangan para siswa. Sebisa mungkin sekolah dan orang tua memastikan untuk para siswa diantar dengan kendaraan pribadi baik sepeda, motor, hingga mobil. “Karena akan percuma jika penerapan protokol kesehatan di sekolah dilakukan secara masih jika anak dilepas saat dating atau pulang sekolah,” katanya. (Koran Sindo)