JAKARTA –PT Cisarua Mountain Dairy Tbk melalui produknya Cimory bersinergi bersama koperasi peternakan sapi perah dan kelompok ternak untuk menginspirasi industri peternakan sapi perah di Indonesia agar mampu menjadi industri yang inklusif, produktif, dan berkelanjutan dengan tetap memperhatikan kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Dalam upaya mewujudkan industri peternakan sapi perah yang berkualitas, Cimory bersama The Asian Development Bank (ADB) dan salah satu konsultan di Australia yakni Chamberlain Veterinary Services (CVS) bersinergi menghadirkan program Pemberdayaan Masyarakat (Community Development) melalui Pelatihan bagi Peternak Wanita di Indonesia.
Perempuan memiliki peranan yang sangat penting dalam menghadapi berbagai tantangan serta upaya pemulihan ekonomi. Sehingga pemberdayaan perempuan menjadi hal yang perlu dilakukan agar perempuan dapat berkontribusi secara maksimal untuk peningkatan ekonomi keluarga, desa maupun negara. Melalui pemberdayaan perempuan dalam peternakan sapi perah, Cimory percaya bahwa para peternak perempuan mempunyai potensi yang besar dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas susu di Indonesia. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mewujudkan kesetaraan gender serta peningkatan kualitas dan kapabilitas perempuan termasuk para peternak perempuan di Indonesia.
Melalui program kolaborasi ini, Cimory mengajak 1.000 peternak wanita di wilayah Jawa Barat untuk mengulik secara mendalam model bisnis peternakan sapi perah melalui praktik manajemen terbaik yang disertai dengan literasi keuangan dan pemanfaatan internet sejalan dengan perkembangan era digitalisasi saat ini. Program ini diresmikan dalam acara pembukaan yang bertajuk “Program 1.000 Srikandi Peternak Indonesia” di Cimory Riverside, Bogor pada Selasa (14/12/2021). Turut hadir dalam acara, Presiden Komisaris PT Cisarua Mountain Dairy Tbk, Bambang Sutantio dan Representatif pengurus beberapa koperasi peternakan sapi perah dibawah binaan Cimory, KUD Giri Tani, KPS Cianjur Utara, KUD Gemah Ripah, KPSP Saluyu, KTT Kurnia Rahayu, KUD Bayongbong.
“Melalui program ini, para peternak wanita akan mengikuti seri pelatihan selama 3 hari untuk belajar tentang Good Dairy Farming Practices (GDFP) yang meliputi: Manajemen Pakan, Periode Laktasi, Manajemen Pedet, Kesehatan Ternak, Reproduksi Ternak dan Kualitas Susu.
Lebih dari itu, mereka juga akan mendapatkan tambahan pemahaman terkait Literasi Keuangan, Kewirausahaan serta Literasi Digital yang pastinya akan sangat berguna bagi mereka untuk meningkatkan usaha ternak sapi perah,” ujar Bambang.
Bunyamin selaku ketua KUD Giri Tani mengatakan target peningkatan konsumsi susu perlu dibarengi dengan peningkatan produksi susu segar dalam negeri (SSDN). Oleh karena itulah, dibutuhkan pemahaman bagi para peternak untuk menghasilkan susu dan produk susu yang berkualitas tinggi agar masyarakat memiliki kepercayaan terhadap produk tersebut dan merasakan manfaatnya bagi kesehatan mereka. Selaras dengan hal tersebut, para peternak juga perlu ditingkatkan pengetahuannya terkait literasi digital agar mampu mengakses website, aplikasi, dan video untuk menambah pengetahuan dari berbagai sumber informasi yang lebih luas terkait perkembangan bisnis susu terkini serta membuka peluang jaringan bisnis baru di bidang susu.
“Wanita juga memegang peranan penting dalam membangun perekonomian di pedesaan, namun sayangnya saat ini keterlibatan wanita masih belum teroptimalkan dengan baik. Program ini diharapkan dapat membuka potensi-potensi peningkatan kapasitas dan kapabilitas diri peternak perempuan untuk bisa berkontribusi lebih besar dalam memajukan industri susu di Indonesia, khususnya dalam meningkatkan perekonomian desa,” tambah Vyta Wahyu Hanifah selaku National Dairy Extension Expert representatif dari CVS.
“Kami berharap dengan adanya program pelatihan ini, para peternak wanita dapat terus berperan aktif melalui peningkatan keterampilan dan keuntungan usaha ternak di Indonesia khususnya di Jawa Barat. Bukan hanya terkait kualitas ternak sapi dan susu yang dihasilkan, tetapi juga kemampuan dalam mengatur jejak lingkungan peternakan melalui pengelolaan limbah yang efektif agar masyarakat memiliki keyakinan bahwa industri susu peduli terhadap kesehatan lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien,” tutup Trainer dan Fasilitator tersebut. (Redaksi)
Tinggalkan Balasan