MANADO – Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara (BPS Sulut) mencatat angka sementara Neraca Perdagangan Sulut pada Januari 2024 mengalami Surplus US$ 40,24 juta.

“Nilai ekspor Sulut pada Januari 2024 (angka sementara) tercatat sebesar US$ 58,47 juta sementara impornya senilai US$ 18,23 juta,” ucap Kepala BPS Sulut, Asim Saputra dalam rilis berita resmi statistik pada Kamis (15/2/2024).

Pertumbuhan ekspor secara bulanan (m-to-m) Januari 2024 mengalami kontraksi, yakni mengalami penurunan sebesar 26,73 persen dibandingkan Desember 2023 yang senilai US$ 79,80 juta (m-to-m)

“Ini merupakan pola musiman yang terjadi setiap Januari selama tiga periode terakhir,” bebernya Asim dalam keterangannya.

Ia pun menyebut komoditas ekspor terbesar pada Januari 2024 masih didominasi lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15), senilai US$ 35,00 juta atau 59,87 persen dari total ekspor.

“Nilai ekspor Januari 2024 komoditas unggulan HS-15 dan HS-03 mengalami penurunan, sedangkan HS-16 mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya,” kata Asim.

Penurunan nilai ekspor komoditas HS-15 disebabkan oleh adanya penurunan volume, sementara pada komoditas HS-03 selain disebabkan oleh penurunan volume juga dipengaruhi oleh penurunan harga rata-rata ekspornya.

“Peningkatan nilai ekspor komoditas HS-16 juga dikarenakan oleh peningkatan volume serta dipengaruhi oleh kenaikan harga rata-rata ekspornya,” kata Asim.

Sementara itu untuk komoditas impor terbesar di Sulut pada Januari 2024 adalah serelia (HS 10), senilai US$ 8,99 juta atau 49,34 persen dari total impor.

“Nilai impor komoditas HS-10 Serealia memberikan share tertinggi terhadap total impor Sulawesi Utara Januari 2024,” tuturnya.

Sedangkan Nilai impor Januari 2024 komoditas dominan HS-27, HS-84, dan HS-15 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya.

“Penurunan nilai impor komoditas HS-27 lebih dipengaruhi oleh penurunan harga rata-rata ekspornya,” sebut Asim.

Sedangkan penurunan nilai impor komoditas HS-84 dan HS-15 disebabkan oleh adanya penurunan volume sekaligus dipengaruhi oleh turunnya harga rata-rata komoditas tersebut. (Fernando Rumetor)