MANADO— Menyambut Tahun Baru 1440 Hijriah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) menyerukan kepada kaum Muslimin agar meningkatkan keimanan, ketakwaan dan keikhlasan. Tak lupa, senantiasa mengharap ridho Allah SWT dalam suasana hati yang sejuk, tenang dan damai.
“Kami berharap semoga di tahun 1440 Hijriah ini kita semua dapat meningkatkan amal kebajikan agar dapat memberikan kemanfaatan sebesar-besarnya bagi umat manusia, bangsa dan negara,” kata Ketua MUI Sulut KH Abdul Wahab Abdul Gofur.
MUI menyerukan kepada kaum Muslimin untuk mengembangkan sikap toleransi, menjaga keseimbangan, dan bersikap adil dalam menjalankan ajaran agama. Sehingga tidak terjebak pada pertentangan dan perselisihan sempit demi mewujudkan persaudaraan Islam dan persatuan umat.
MUI juga mengajak kepada seluruh komponen masyarakat Sulut untuk mengembangkan wawasan Kebinekaan sejati, menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang rukun, harmonis, saling menghormati, mencintai dan menolong dalam semangat persaudaraan kebangsaan.
Terlebih di tahun politik saat ini, MUI meminta semua pihak khususnya elite politik, bisa menahan diri dalam mengekspresikan sikap politiknya. Termasuk dalam menyampaikan pendapat agar tidak membuat suasana semakin panas dan penuh dengan kecurigaan.
Menurut dia, perbedaan pilihan politik tidak harus diwarnai dengan saling menjelekkan, memfitnah, menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian.
“Karena hal tersebut selain tidak memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat, juga dapat menimbulkan gesekan dan retaknya bangunan kebangsaan kita. Jadikanlah perbedaan aspirasi politik sebagai rahmat untuk saling menghormati dan memuliakan agar ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathaniyah tetap terpelihara,” kata Abdul Wahab Abdul Gofur
Dalam kesempatan itu, Abdul Wahab Abdul Gofur menegaskan kembali alasan MUI memperbolehkan penggunaan produk dari Serum Institute of India (SII) itu dengan sejumlah catatan.
Dia mengatakan, penggunaan vaksin MR diperbolehkan pada kondisi keterpaksaan (darurat syar’iyyah). Selain itu, selama ini, belum ditemukannya vaksin MR yang betul-betul halal atau suci.
Menurut pendapat ahli, lanjut dia, vaksin tersebut memang mengandung unsur yang sedang diperdebatkan. Namun, MUI juga mempertimbangkan bahaya yang ditimbulkan jika tidak dilakukan imunisasi.
“Karenanya, kebolehan penggunaan vaksin MR sebagaimana dimaksud, tidak berlaku jika ditemukan (pada kemudian hari) adanya vaksin yang halal dan suci,” jelas Abdul Wahab Abdul Gofur.
Tak hanya itu, soal lebel halal mendapat perhatian MUI Sulut. Pengadaan sertifikasi halal tentunya sangat penting mengingat banyaknya sebab yang harus diperhatikan seperti negara Thailand dan Jepang yang menerapkan sertifikasi halal walaupun banyak masyarakat yang beragama Islam minoritas.
Lalu, apa lagi manfaat yang bisa didapatkan jika mempunyai sertifikat ini? untuk membuat suatu produk baru, pastinya Anda dipertanyakan bukan tentang kehalalan produk atau barang tersebut? Konsumen akan menjadi waswas ketika kehalalannya masih dipertanyakan jika masih belum ada logo halal yang telah disahkan oleh LPPOM MUI.
Mengapa demikian? Karena walaupun mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam, kebanyakan mereka yakin bahwa kehalalan adalah sebagai tanda penting bagi suatu produk aman dikonsumsi atau digunakan.
Anda ingin memperluas penjualan Anda? Salah satunya adalah dengan mengikuti pasar global.
“Anda ingin mempunyai kesempatan berjualan di pasar global? Dengan sertifikasi halal ini, anda bisa bersaing dan mendapatkan kesempatan meraih pasar global dalam barang atau produk halal.” pungkas Abdul Wahab Abdul Gofur.
Acara berlangsung di Padepokan Wale Kaleosan Jalan Camar Atas, Malendeng, digagas Taufik Pasiak, dilanjutkan diskusi dan musikalisasi puisi, Sastra Suluk untuk Kemanusian dan Persaudaraan.
Adapun narasumber yang dihadirkan Dr Valentino Lumowa (Dosen Filsafat Unika De La Salle Manado), Kamajaya Al Katuuk (Sastrawan) dan Reiner Ointu (Budayawan). Diskusi diawali pementasan puisi dari Jamal Rahman Irot. dan Taufik Bilfaqih.
Valentino Lumowa menurut pandangannya mistik dalam kristiani salah satu faktor lahirnya mistisisme di bidang agama karena manusia tidak puas dengan menggunakan rasio untuk memahami dan merasakan kebersatuannya dengan pencipta.
Kejenuhan akan rutinitas upacara dan tata cara listurgis mendorong manusia untuk mencari format baru untuk memuaskan hasrat yang bersifat spiritual.
Mistisisme berkembang di dalam berbagai macam agama. Dikalangan teolog maupun umat eksistensi mistisisme masih ada yang pro dan kontra.
Mistisme sebagai metode untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Keberhasilan pengalaman mistis disadari bukan semata-mata usaha sang mistikus melainkan lebih pada Rahmat dan Anugerah Tuhan yang lebih dahulu menyapa diri manusia.
Secara epistemologi (filsafat pengetahuan) pengalaman mistis dapat dipertanggungjawabkan karena perjumpaan manusia dengan Tuhan mengatasi batas-batas pengalaman rasio maupun indera sehingga sarana yang digunakan adalah dengan mata hati.
Sementara Kamajaya Al Katuuk mengulas sastra dan puisi. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi kehidupan manusia.
Ia tidak hanya mencakup satu unsur peradaban dan kebudayaan, tetapi seluruh unsur yang menyertai peran manusia di dunia sebagai pelaku dalam perbedaan tersebut.
Dalam sebagian kehidupan manusia, sastra merupakan bentuk kebutuhan yang secara hakiki diperlukan dalam menuntun kepada cita rasa manusia. Sastra merupakan salah satu jalan menuju kebenaran, dengan bidang lain yang berjalan disampingnya seperti agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan.
Karya sastra membawa manusia kepada pemahaman atas nilai-nilai kehidupan dengan melibatkan kita untuk menyingkap keberadaan alam ini dengan penciptanya. Sastra dapat mengkomunikasikan semua itu dengan Tuhan sebagai penciptanya.
“Manusia dengan karya sastranya berusaha menyingkap kebesaran-kebesaran pencipta-Nya melalui alam ini dengan segala rahasia-rahasia yang terdapat di dalamnya.” tegas Kamajaya.
Dalam pemahaman umum sastra adalah suatu karya seni yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Ia diciptakan pengarang menjadi semacam kegiatan estetis yang dipersembahkan kepada masyarakat untuk dinikmati.
Karena pada dasarnya sastra mengungkapkan tentang kehidupan yang menyeluruh secara lahir batin.
Pengertian dari puisi adalah suatu karya sastra yang tersusun secara rapi dan sistematis dengan penggunaan kata, diksi sehemat dan seefektif mungkin. Pengertian puisi
secara lebih lengkapnya dapat dilihat pada uraian di bawah ini.
“Perkataan “puisi” berasal dari bahasa Yunani, yang juga dalam bahasa Latin “poietes” (Latin ”poeta”). Mula-mula artinya adalah pembangun, pembentuk. Asal katanya poieo atau poio atau poeo yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, penyair.
Arti yang mula-mula ini lama-kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni sastra, kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata-kata kiasan.
Puisi dapat kita tarik kesimpulan bahwa puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata sebagai medianya yang menekankan pada unsur perasaan sebagai hasil penghayatan kehidupan manusia totalitas yang dipantulkan oleh penciptanya dengan segala pribadinya, pikirannya, perasaannya, kemauannya dan lain-lain. Hal senada juga ditegaskan Reiner Ointu.
Sementara itu, Taufik Pasiak menegaskan, mistik yang dimaksud bukan mistik ilmu guna-guna, melainkan mistik suatu domain hati. Dimana akan kecintaan kita kepada sang pencipta. Jika hati mudah dipahami bukan misteri namanya.
“Jika Tuhan mudah dimengerti, maka bukan Tuhan namanya. Rahasia hati yang diserahkan pada sang penjunan akan menjadi Maha Karya yang ajaib, misterius, indah, anggun, dan mulia. Tetapi rahasia hati yang disimpan untuk diri sendiri dan egois akan menjadi busuk dan layu karena hati tidak mudah dimengerti, tapi hati tetap dapat merasakan rahasia kehendak penciptanya.” tegas Taufik Pasiak menutup diskusi yang dihadiri berbagai elemen organisasi.
(KORAN SINDO MANADO/Arisandy)
Tinggalkan Balasan