TAHUNA- Jesika Mananohas. Nama itu masih menjadi perbincangan hangat warga Sangihe. Bocah sepuluh tahun itu, tengah dalam masa sulit berjuang dengan luka bakar di sekujur tubuhnya.

Masih jelas di ingatan warga, Rabu, 12 September 2018, sekira 90% tubuh bocah malang itu terbakar. Jesika teriak. Menangis kesakitan. Bocah kelas empat SD itu panik sekali. Warga gempar. Mirisnya, kasus ini masih menjadi misteri.

Belum jelas, apakah kelalaian orang tua atau kesengajaan. Pengungkapan kasus yang menggemparkan ini terus dinanti. Cerita ibu kandung korban, Olga Semet , 39, menerangkan, pagi itu ia memasak sarapan. Kompor ia hidupkan.

Eh, ternyata minyaknya hampir habis. Olga Kemudian mengambil ember beris minyak tanah dan mengisinya ke kompor.

Sebelumnya ia memanggil Jesika untuk ke dapur, namun tiba-tiba ada api keluar dari kompor, ia pun kaget dan menyikut putrinya disampingnya sehingga Jesika pun tersungkur dan gayung minyak tanah yang ia gunakan pun tersiram ke Jesika.

Gerakan refleks tersebut membakar Jesika. Ceritanya lagi, sumber api yang membakar Jesika kemungkinan dari api di sabut kelapa yang sudah disiram minyak tanah.

Sabut kelapa itu sebelumnya dipakai Jesika membakar rumput di halaman.
Saat terbakar, Jesika berlari keluar rumah ke arah tempat sampah, ia berusaha membuka baju Jesika, namun Jesika merontak dan berlari ke kamar mandi, ia pun menyiram air ke tubuh Jesika.

Peristiwa itu kemudian diketahui tetangganya. Penjelasan itu disampaikan ibu korban ke Kepala Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak, Velma Makasidamo. Cerita yang sama ia sampaikan ke wartawan KORAN SINDO MANADO.

Namun, cerita berbeda diungkapkan Jesika. Cerita bocah polos itu diungkap dalam sebuah rekaman. Sebuah pengakuan yang berbeda dari ibunya. Begini kata Jesika.
Pagi itu, ia sudah mendapat perlakuan tidak wajar dari ibunya. Ia dibenturkan ke pintu sebanyak tiga kali. Menurut dia, kala itu ibunya dalam kondisi marah.

Ibunya meminta Jesika dan adiknya Dave Mananohas, 7, tidak keluar rumah. Emosi ibunya semakin menjadi. Ibunya menyiramkan minyak tanah ketubuh ia dan adiknya.

Ibunya kemudian mengambil api dari tungku dan bertanya kepada kedua anaknya,
“Apakah kalian mau saya bakar?” kutip Jesika. Dave kemudian mengatakan tidak mau. Api yang ditangan ibunya kemudian membakar Jesika.

Jesika yang terbakar pun lari keluar ke tempat sampah, selanjutnya ia masuk ke kamar mandi, dan ibunya berusaha memadamkan api tersebut dengan menyiramkan air ke tubuhnya.

Sementara, Polisi Sektor Tabukan Selatan sudah turun ke lokasi mengamankan barang bukti dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

Mereka tengah memproses kasus ini dan melakukan gelar perkara. Kasus ini kemudian dilimpahkan Polsek Tabukan Selatan ke Polres Sangihe. Kasat Reskrim Polres Sangihe, Aiptu Denny Tampenawas memberikan keterangan, bahwa kasus Jesika ini sementara dalam proses penyelidikan.

Namun, kata dia, unsur untuk menjerat ibu korban sudah cukup dengan Undang-Undang Perlindungan Perempuan dan Anak. Ia bisa ditetapkan sebagai tersangka, karena unsur kekerasan itu sudah ada.

Soal penahanan, Tampenawas beralasan pihaknya harus penuhi unsur-unsur lain. “Nantinya kasus ini kami tingkatkan, dan pasti ibu korban bisa jadi tersangka. Kami akan lakuakan penahanan, ketika semua unsur sudah terpenuhi,” terang Tampenawas.

Soal kecurigaan dari berbagai pihak termasuk Kepala Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak bahwa ibu korbanlah pelaku pembakar Jesika, menurut dia, semua nanti ditentukan oleh peneyelidikan Kepolisian.

Adapun, kasus ini sudah dilaporkan ke pemerintah provinsi dan provinsi terus memantau perkembangannya. (KORAN SINDO MANADO/ANDY GANSALANGI)