MANADO—Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hingga September 2018 negara perdagangan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) surplus sekira US$634 juta (Dolar Amerika Serikat).
Pasalnya nilai ekspor produk asal Sulut dari Januari hingga September 2018 telah mencapai US$754,47 juta. Sedangkan nilai ekspor di periode yang sama hanya sekira US$120 juta.
“Total ekspor nonmigas di Sulut dari januari hingga september 2018 telah mencapai US$754,47 juta,” jelas Kepala BPS Sulut Ateng Hartono, Kamis, 18/10/2018.
Menurut dia, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017, nilai ekspor tahun ini mengalami pertumbuhan sekira US$24 juta. Tingginya nilai transaksi tersebut salah satunya penyebab karena nilai Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah mengalami kenaikan lebih dari Rp14.500.
Lanjut dia, khusus September 2018, Nilai ekspor nonmigas Sulut pada periode tersebut mengalami peningkatan nilai sebesar 3,57% dibandingkan Agustus 2018 yang senilai US$ 74,64 juta (m-to-m), bila dibandingkan dengan bulan yang sama 2017 (y-on-y) mengalami kenaikan tipis sebesar 0,02%.
Komoditi ekspor pada bulan ini masih tetap didominasi oleh Minyak dan Lemak nabati, belum merubah komoditi dominan sepanjang catatan tahun 2018 ini. “Nilai ekspor nonmigas Sulut pada September 2018 tercatat sebesar US$ 77,30 juta,” paparnya.
Dilihat dari golongan barang, kontributor tertinggi masih diduduki oleh komoditi lemak dan minyak hewani/nabati, meskipun pada bulan September terjadi penurunan share menjadi 51,29%, dibandingkan dengan pada bulan yang lalu yang hampir mencapai 55%. “Golongan barang dari Sulut ini diekspor ke tujuh negara tujuan, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Belanda, Singapura dan Amerika Serikat,” jelasnya.
Nilai ekspor dari golongan barang ini mengalami penurunan nilai sebesar 3,02% dari bulan sebelumnya (m-to-m). Produk yang menjadi komoditas ekspor unggulan adalah produk olahan kelapa seperti VCO, kopra dan minyak kelapa, dengan perusahaan industri yang tersebar di Kabupaten/Kota Sulawesi Utara.
Bahan baku industri pengolahan penghasil komoditi ini berasal dari daerah sekitar provinsi Sulawesi utara, disamping hasil perkebunan lokal bumi Nyiur Melambai.
Posisi teratas negara tujuan ekspor nonmigas Sulawesi Utara pada September 2018 adalah Tiongkok, yakni senilai US$11,86 juta atau 15,34% dari total nilai ekspor nonmigas Adapun produk yang paling banyak diekspor ke negara tersebut adalah lemak dan minyak hewani/nabati Dibandingkan dengan Juli 2018 (m-to-m), nilai ekspor ke negara tersebut mengalami peningkatan yang sangat signifikan, bahkan mampu menggeser negara Belanda yang pada bulan sebelumnya menduduki negara tujuan ekspor tertinggi. (stenly sajow)
Tinggalkan Balasan