BITUNG-Festival 100 tahun Cagar Alam Tangkoko Bitung telah dibuka, Rabu (20/2/2019). Festival yang digelar hingga hari ini, di isi dengan berbagai kegiatan menarik. Salah satu puncak kegiatan adalah persemian monument Wallace.
Menurut Kabag humas pemkot Bitung, Albert Sergius, monument Wallace akan jadi salah satu Icon Cagar Alam Tangkoko. Meski akan jadi icon namun belum semua masyarakat mengenal sosok Naturalis (ahli sejarah alam) dunia tersebut.
Alfred Russe Wallace merupakan ilmuwan dunia asal Inggris yang pernah melakukan penelitian sejarah alam di Sulawesi Utara pada 1800-an. Salah satu publikasinya yang di kenal dunia berjudul The Malay Archipelago yang memuat catatan perjalanannya di beberapa wilayah Kalimantan, Sulawesi hingga Ternate.
Stevano Sumampouw, Peneliti Antropologi Sulawesi Utara (Sulut) menerangkan Wallace merupakan sosok naturalis yang memiliki kontribusi cukup besar bagi sejarah alam Sulawesi. Kepada SINDOMANADO.COM, Stevano juga menjelaskan awal kedatangan Wallace ke Sulut. “Wallace tiba pertama kali di Manado pada 10 juni 1855, dalam publikasinya Wallace mengatakan Manado merupakan kota paling cantik di wilayah timur Indonesia saat itu. Pujian tersebut juga ditulis Wallace di The Malay Archipelago.” ujarnya, Rabu (20/2/2019).
Stevano menambahkan, Wallace bukan hanya seorang Naturalis (ahli sejarah alam), tapi ia juga turut memberikan judgement bagi sejarah masyarakat Sulawesi khususnya Sulawesi Utara. “Pada masa penelitiannya, Wallace bahkan memperhatikan gaya hidup hingga cara makan masyarakat di masa itu. Ia juga melakukan penelitian karakteristik bahasa Sangihe, Siau, dan wilayah yang memiliki kemiripan karakter bahasa lainnya, jadi bukan hanya meneliti sejarah kealaman tapi sejarah sosial masyarakat pada masa itu,” terang Peneliti di Anthro Pasific Institute ini.
Lanjut dia, dari Wallace muncul istilah kawasan Wallacea. Wallacea merupakan kawasan yang mencakup Pulau Sulawesi, Maluku, dan Kepulauan Nusa Tenggara. Sulut juga termasuk dalam kawasan zoologi kaya keanekaragaman hayati ini. Garis batas kawasan ini merupakan pemisah wilayah geografi hewan
Asiatik dan Australia. Stevano juga menambahkan, Wallace yang juga merupakan teman korespondensi Charles Darwin ini pernah tinggal cukup lama di Rurukan. “Selain di Rurukan, ia pernah tinggal di Langowan, Likupang dan beberapa daerah lainnya di Sulut. Pada 1959, tepat 100 tahun lalu, ia pertama kali melakukan penelitian di Batu Putih, yang kini merupakan tempat berdirinya Cagar Alam Tangkoko” tandasnya. (Ilona piri)
Tinggalkan Balasan