MANADO-Penanganan pencegahan stunting menjadi perhatian serius BKKBN Sulawesi Utara (Sulut). Saat ini, ada sekira 10 desa di Kabupaten Bolmong yang menjadi target sosialisasi sebagai langkah pencegahan.
Hal tersebut terungkap dalam Sosialisasi Materi dan Media KIE Proyek Prioritas Nasional (PRO-PN) yang digelar BKKBN Sulut dari 27-30 Agustus di Manado.
Kepala Perwakilan BKKBN Sulut Drs Sugiyatna MM membuka langsung kegiatan tersebut. Sugiyatna berharap, lewat adanya kegiatan sosialisasi dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya bagi daerah yang terpapar stunting guna memahami penyebabnya.
“Apalagi yang diundang adalah para kepala desa (kades) atau sangadi di daerah yang terpapar stunting. Jadi, peran para sangadi sangatlah penting memahami tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK),” ujarnya.
Lanjut dia, maka diharapkan keterlibatan langsung pemerintah Kabupaten Bolmong dan Kabupaten Bolmut, yang juga tahun sebelumnya difokuskan penanganan stunting dalam rangka pencegahan lewat optimalisasi kegiatan di tingkat kabupaten, kecamatan maupun desa dan kelurahan.
“Kiranya masyarakat diajarkan kebiasaan prilaku hidup bersih dan sehat, terlebih bagi ibu hamil dan baduta,” terangnya.
Kabid KS/PK BKKBN Sulut, Sitti K Takalimangan S.Sos MAP menjelaskan, ada sekira sepuluh prilaku yang diharapkan untuk dilakukan oleh keluarga, yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, member ASI pada bayi, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari.
“Prilaku ini harus dipahami masyarakat sebagai upaya mencegah stunting. Memang banyak masyarakat belum memahaminya,” ungkap Sitti, diiyakan Kasubid Bahnak Rosillia Wowiling S.Sos MSi.
Dia menyebut, pihaknya dalam waktu dekat akan melakukan sosialisasi langsung ke 10 desa yang terpapar stunting di Bolmong untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat.
“Kita dalam sosialisasi ini mengundang para sangadi di desa-desa tersebut. Kita beri mereka pemahaman dengan menghadirkan sejumlah pemateri yang paham soal stunting. Intinya, kita berupaya agar mata rantai stunting ini dapat diputuskan,” ungkapnya.
Sementara itu, dr Stefanus Gunawan selaku pemateri mengatakan, pemahaman sangat penting untuk terus dilakukan baik lewat sosialisasi atau diskusi bersama masyarakat soal stunting.
Menurutnya, banyak masyarakat memang belum mengetahui stunting itu seperti apa. Ada warga mungkin langsung menyangka orang tersebut stunting karena postur tubuhnya yang pendek.
“Melihat stunting bukan seperti itu. Ada orang postur pendek, tetapi cara berpikirnya normal. Kalau stunting stunting orangnya tidak bisa berpikir normal atau punya keterbelakangan,” jelasnya.
Dr Stefanus juga mendorong adanya koordinasi dan sinergi yang baik dari pemerintah desa atau kelurahan di daerah yang terpapar stunting, bersama pemerintah atau stakeholder terkait seperti BKKBN Sulut.
“Ini memang butuh perhatian serius. Posyandu harus kembali diaktifkan hingga di pedesaan terpencil. Ini sangat penting agar supaya masyarakat dapat memahami pentingnya prilaku hidup sehat serta mengkonsumsi makanan-makanan bergizi,” tandasnya. (rivco tololiu)
Tinggalkan Balasan