Depresi itu Penyakit atau Bukan?

oleh

PENULIS: Elisa Cornelia Wollah / Mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya

KEBANYAKAN dari kita masih sangat menyepelekan apa itu “Depresi”. Depresi adalah penyakit mental yang berdampak negatif terhadap pengambilan keputusan, pikiran, suasana hati, dan konsentrasi seseorang yang juga dapat menjadi salah satu faktor bunuh diri. Beberapa gejala umum yang bisa dialami seperti : merasa tidak berharga, tidak ada motivasi menjalani hidup lagi, menutup diri dari pergaulan dan keluarga, sering berpikir negatif, dan menjadi lebih sensitif.

Trauma entah itu dari body shaming, perceraian orang tua, bullying,  atau apa saja yang dapat membuat seseorang tertekan dan tidak terkatakan lagi-lah yang menjadi cikal-bakal depresi. Masih banyak orang juga menganggap masalah ini sebagai masalah “anak-anak” atau bahkan menjudge sebagai seorang yang “kurang iman” karena tidak bisa menyelesaikan masalahnya. Kata-kata tersebut dapat mereka diartikan sebagai bentuk penolakan terhadap penyakit mereka yang parahnya dapat mengakibatkan suicide ideation atau pikiran untuk bunuh diri. Kebanyakan suicide ideation ini dialami oleh para remaja.

Orang-orang mungkin berpikir, semua masalah bisa diselesaikan hanya dengan berdoa saja. Penyakit mental pun juga perlu diobati layaknya penyakit-penyakit lain yang harus ke dokter untuk berkonsultasi. Begitu pun dengan depresi, jika hanya dibiarkan dan berpikir “biar waktu yang menyembuhkan” apa yang akan terjadi? Lebih parah bukan?! Sudah banyak studi yang mengatakan bahwa akan ada penyakit baru yang muncul, seperti penyakit hati, gagal jantung, obesitas karena pola makan dan aktivitas yang tidak teratur, dan meningkatkan risiko Alzheimer dan stroke diusia muda.

Berkonsultasi ke Psikolog atau Psikiater sebagai ahli professional adalah pilihan yang tepat untuk mendapatkan penanganan. Sebagai informasi, Psikiater adalah lulusan Fakultas Kedokteran sehingga dapat memberikan obat sedangkan Psikolog sebagai lulusan Fakultas Psikologi hanya memberikan penanganan seperti terapi saja. Tidak perlu takut, malu, atau merasa tabu untuk menceritakan bagaimana kondisi mental yang dialami kepada para ahli tersebut. Gimana kalau curhat ke guru BK? Bisa saja untuk para siswa curhat ke guru “Bimbingan dan Konseling” (BK) tapi berdasarkan pengalaman saya dan beberapa teman, masih ada guru BK yang hanya ingin tahu masalah pribadi apalagi masalah keluarga alias kepo dan tidak memberikan solusi konkrit. Untuk itu, kehadiran Psikolog dan Psikiater khususnya di Manado sangat menolong orang-orang yang bermasalah dengan psikologis mereka.

Bagi yang mempunyai teman atau kenalan yang mengalami depresi, terus berkomunikasi serta mendengarkan curhatan meraka tanpa memberi sanggahan negatif, memberikan perhatian, semangat dan motivasi yang terus-menerus, dan mendorong pengobatan yang mungkin dijalani adalah beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk mensupport mereka. Karena orang-orang yang mengalami penyakit mental seperti depresi juga berhak untuk menjalani aktivitas normal dan hidup bahagia seperti orang pada umumnya.

Dihari Kesehatan Mental Internasional ini, saya juga mengajak kita semua untuk terus menjaga kesehatan mental. Banyak cara yang bisa dilakukan antara lain dengan rutin berolahraga dan mengatur pola makan yang sehat supaya tidak mengganggu aktivitas, melakukan hobi yang menyenangkan untuk melepas kepenatan, menjadi orang yang positif dengan menyapa orang dengan senyuman akan meningkatkan kepercayaan diri, dan melakukan afirmasi atau meyakinkan diri akan tujuan hidup, cita-cita, dan keinginan yang ingin dicapai biar lebih semangat lagi menjalani hari-hari.