MANADO—China menjadi negara pemasok terbesar  pemasok barang impor masuk ke Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Oktober 2019 China menggantikan Malaysia yang mendominasi impor pada bulan sebelumnya. “China menjadi pemasok terbesar impor untuk Sulawesi Utara, yaitu sebesar 66,96%,” ujar kepala BPS Sulut Ateng Hartono, Senin, 18/11/2019.

Dia menjelaskan, komoditas  yang dibeli dari China terdiri dari 21 golongan komoditi, dengan nilai terbesar adalah mesin-mesin/pesawat mekanik. “Dilihat menurut golongan barang HS2 digit, Mesin-mesin/Pesawat menjadi kontributor terbesar terhadap nilai impor Sulawesi Utara pada Oktober 2019,” jelasnya.

Nilai impor golongan barang ini mengalami kenaikan dari nilainya pada September 2019 (m-to-m), yaitu sebesar 96,45 %, dengan kontribusi golongan ini terhadap total impor meningkat, yang sebelumnya mencapai 21,11%, pada bulan Oktober menjadi sebesar 39,29%.

Secara keseluruhan, Nilai impor Sulut pada Oktober 2019 mengalami kenaikan dibandingkan bulan yang lalu dengan kenaikan sekitar 5,56% (m-to-m), berbeda halnya bila dibandingkan dengan nilainya di Oktober 2018 (y-on-y), menurun 19,41%.

Kendati demikian, nilai neraca perdagangan Sulut yang diukur melalui penghitungan net ekspor (total ekspor dikurangi total impor) pada Oktober 2019 mengalami surplus, senilai USD49,78juta. Nilai ini mengalami kenaikan dibandingkan kondisi bulan sebelumnya yang tercatat senilai USD29,38 juta. Neraca Perdagangan Oktober 2019 lebih kecil nilainya bila dibandingkan dengan Oktober 2018, mengalami penurunan dari USD56,66 juta (y on y).

Terkait ekspor, Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulut, Marthedy M. Tenggehi mengatakan, nilai ekspor nonmigas Sulut pada Oktober 2019 tercatat mengalami kenaikan nilai sebesar 43,98% dibandingkan September 2019 yang senilaiUSD48,83 juta (m-to-m). “Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2018 (y-ony) mengalami penurunan, sebesar 3,03 persen. Komoditi ekspor pada bulan ini masih tetap didominasi oleh Minyak dan Lemak nabati (HS 15),” paparnya.

Dilihat dari golongan barang HS2 digit, kontributor tertinggi pada September 2019 diduduki oleh komoditi lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15), dengan share golongan ini terhadap total ekspor 51,03%. Nilai ekspor dari golongan barang HS 15 ini mengalami kenaikan nilai FOB sebesar 122,11 persen dari bulan sebelumnya (m-to-m). (stenly sajow)