MANADO—Kabar tak sedap bagi petani di Provinsi Sulawesi Utara, pasalnya harga cengkih yang menjadi komoditas andalan semakin merosot.
Dari pantauan KORAN SINDO MANADO, per 6 Januari 2020 pasaran harga cengkih di Kota Manado turun ke posisi Rp68.000 per kilogram (kg). Berbeda dengan itu, di Langowan, Kabupaten Minahasa justru hanya dipasarkan Rp66.000 per kg. Jika dibandingkan pada Agustus 2019 harga cengkih masih pada kisaran Rp75.000-Rp.80.000 per kg.
Saat ditemui, Wanda Rewah, salah satu pembeli cengkih di Langowan, Kabupaten Minahasa menuturkan, harga cengkih saat ini masih Rp66.000 per kg. Pihaknya belum bisa memastikan kapan harga komoditas andalan Sulut itu akan membaik. “Harga cengkih masih Rp66.000 per kg, itupun masih fluktuatif. Kami belum tahu kapan harganya akan naik,” ujarnya, Senin, 1/6/2020.
Lanjut dia, penyebab menurunnya harga cengkih biasanya dikarenakan banyaknya stok di pabrik. Bahkan hal ini juga dipengaruhi adanya pabrik yang tidak lagi beroperasi.
Dari penurunan harga itu kata dia, merubah pola penjualan cengkih dari tangan petani. Di mana petani menjual sedikit demi sedikit hanya untuk memenuhi kebutuhan keluaga dan sekolah anak. Selebihnya cengkih disimpan petani.
“Faktor menurunnya harga cengkih mungkin dari banyaknya stok atau perusahaan yang belum sepenuhnya beroperasi, dan untuk beberapa bulan terakhir ini petani masih menjual cengkihnya untuk kebutuhan saja, selebihnya mungkin masih disimpan,” jelasnya.
Sedangkan di Kota Manado, harga pembelian cengkih sedikit lebih mahal dengan di Minahasa. Sebab salah satu pembeli di Wanea, Kota Manado masih memberikan harga Rp Rp68.000 per kg. Salah seorang pegawai di tempat tersebut menyampaikan bahwa harga cengkih masih belum berubah dari beberapa bulan terakhir.
“Harga cengkih masih Rp.68.000 per kg,” ucapnya.
Terkait hal ini, Donny Tumeak salah satu petani di Kecamatan Kakas, Kabupaten Minahasa mengatakan, hasil panen cengkih musim ini cukup, namun panen tidak merata. Dan jika dibandingkan dengan harga cengkih tahun ini, jelas tidak sesuai dengan yang diharapkan. Mengingat hasil panen yang harus dikurangi dengan perawatan serta pembayaran jasa buruh petik saat pemanenan, yang jika dikali-kali hanya sekedar ongkos lelah saja. Hal ini dikarenakan turunnya harga di cengkih di pasaran.
“Hasil panen bisa dibilang cukup, walaupun tidak dipanen serentak karena adanya pengaruh cuaca. Dengan harga yang ada sekarang kami sebagai petani merasa kecewa, karena pendapatan tidak sesuai dengan target, karna jika harga masih dibawah Rp100.000 per kg kami pasti hanya terima ongkos lelah saja,” ujarnya
Ditambahnya, peran pemerintah sangat diharapkan dalam hal ini. Karena lebih dari sebagian lahan di minahasa merupakan lahan cengkih, yang dimana peran cengkih dalam menunjang ekonomi warga sangat berarti. “ Kami petani cengkih merasa perlunya peran pemerintah untuk mengevaluasi harga cengkih, karna ini merupakan komoditas utama kami di Minahasa,” ujarnya. (clay lalamentik)
Tinggalkan Balasan