MANADO – Kru maskapai Lion Air berinisial G,25, seorang perempuan penerjemah asal Indonesia yang diisolasi ke RSUP Kandou Manado dinilai belum termasuk suspect virus korona.
Kepala Dinas Kesehatan Daerah (Dinkesda) Sulut dr Debie Kalalo melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Penularan Penyakit, dr Steven Dandel mengatakan, kru Lion Air yang bekerja sebagai interpreter tersebut sebelumnya turun dari penerbangan Guangzhou-Manado.
“Penerjemah tersebut saat dideteksi lewat alat Thermal Scanner oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di Bandara Samrat suhu tubuhnya normal, atau tidak sampai 38 derajat celsius,” ungkap Dandel, Sabtu (25/1/2020).
Meski begitu, kata Dandel, petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan mengingatkan penerjemah tersebut jika ada gejala sesuatu yang mencurigakan untuk melapor ke petugas medis.
“Saat tiba malam di Manado, pagi harinya, penerjemah tersebut melapor ke pihak kami dengan keluhan tidak enak badan karena mengalami pilek,” jelasnya.
Pihaknya pun, diinstruksikan kepala dinas langsung bergerak menjemput penerjemah tersebut kemudian dibawa ke RSUP Kandou Manado.
“Kami yang menjemputnya langsung. Itu langkah antisipatif. Tindakan isolasi dilakukan hanya untuk pengamanan dan konfirmasi,” ungkapnya.
Dandel memaparkan, kriteria atau suspect virus korona ada tiga hal, pertama harus demam, kemudian batuk, pilek serta nyeri tenggorokan, dan ketiga, radang paru-paru atau pneumonia.
“Bersangkutan sudah diisolasi ke RSUP Kandou. Isitilahnya jangan sampai jadi sumber penularan ke tempat lain. Sekarang ini, kondisinya sehat, suhu tubuhnya 36 derajat celcius. Hanya pilek dan tidak ada tanda-tanda pneumonia,” tuturnya.
Dia menegaskan kembali, tindakan isolasi dilakukan hanya untuk pengaman dan konfirmasi.
“Penerjemah itu belum termasuk suspect virus korona, hanya dalam pengawasan. Dan ini bentuk pelayanan publik untuk pencegahan penyakit,” terangnya. (rivco tololiu)