LONDON – Kapan pandemi virus korona akan berakhir? Para ilmuwan pun menyatakan wabah itu akan berakhir ketika vaksin Covid-19 bisa ditemukan. Pertanyaannya pun dilanjutkan kapan vaksin tersebut akan ditemukan?

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan tiga kandidat vaksin sedang menjalani uji klinis pada manusia. Sedangkan 67 vaksin lainnya dalam fase praklinis. Paling standar penemuan dan pengujian sebuah vaksin memerlukan waktu selama 18 bulan. Namun, para pakar vaksin asal Universitas Oxford, Inggris, menyatakan optimistis kalau vaksin virus korona akan ditemukan secepatnya pada September mendatang. “Saya 80% percaya diri bahwa vaksin yang dikembangkan tim penelitinya akan bekerja dan siap untuk digunakan dalam lima bulan mendatang,” kata Sarah Gilbert, profesor vaksin di Universitas Oxford, kepada The Times. Uji pada manusia akan dilaksanakan dalam dua pekan mendatang.

“Saya pikir kesempatannya sangat besar bahwa itu akan bekerja dan kita telah mendapatkan vaksin tipe ini,” kata Gilbert. “Itu bukan dugaan dan setiap pekan kita bekerja dengan banyak data. Saya yakin 80%. Itu pandangan saya,” imbuhnya. Pakar vaksin ternama Inggris itu menyatakan timnya sedang berunding dengan Pemerintah Inggris untuk memulai produksi vaksin secara massal secepatnya. “Kita tidak ingin menunda. Vaksin ini sangat efektif,” paparnya. Setidaknya terdapat 60 kandidat vaksin dan obat untuk virus korona yang dikembangkan berbagai laboratorium, institusi dan perusahaan di seluruh dunia. Umumnya, sebagian besar vaksin dan obat itu dalam uji klinis. Sedikitnya satu vaksin yang dikembangkan Moderna asal Amerika Serikat (AS) sedang menjalani uji klinis pada bulan lalu.

Di Israel, para ilmuwan dari Migal Galilee Research Institute menyatakan vaksin virus korona siap uji coba dalam beberapa pekan mendatang. Namun, vaksin tersebut tidak akan tersedia dalam beberapa bulan karena proses pengujian yang birokratis dan proses persetujuan.

Para pakar farmasi dan industri memperingatkan bahwa pengembangan vaksin memerlukan waktu 12 hingga 18 bulan untuk pengembangan, pengujian klinis, dan persetujuan keselamatan.

Di AS sendiri, para peneliti melakukan pengujian keamanan dan keselamatan vaksin Covid-19 dengan menggunakan suntikan. “Hal paling penting adalah pengujian yang pernah kita laksanakan,” kata John Ervin dari Center for Pharmaceutical Research.

Pengujian vaksin juga dikembangkan Inovio Pharmaceuticals, sebagai bagian kerja sama global untuk menemukan perlindungan terhadap virus yang memicu krisis ekonomi dan memaksaan miliaran orang harus bertahan di rumah. Penelitian Inovio telah menguji dua dosis vaksin bernama INO-4800 terhadap 40 sukarelawan di laboratorium penelitian Kansas dan Universitas Pennsylvania. Mereka juga bekerja dengan peneliti China yang melakukan kajian yang sama.

Dalam tahap awal penelitian tersebut menunjukkan vaksin tersebut cukup aman dan perlunya pengujian dalam jumlah besar. Tujuannya, untuk menunjukkan kalau vaksin tersebut memang melindungi dari serangan virus korona. “Hal baik adalah kita mendapatkan banyak kandidat vaksin,” kata Anthony Fauci, kepala bagian penyakit infeksi National Institutes of Health.

Sebagian besar vaksin yang dikembang memiliki target yang sama. Protein lonjakan yang mengikat permukaan virus dan membantunya menyerang sel manusia. Namun banyak yang bekerja dengan cara yang sangat berbeda, sehingga penting untuk menguji opsi yang berbeda.

Peneliti Inovio mengemas kode genetik virus di dalam DNA sintetis. Dengan menginjeksi sebagai vaksin, sel akan bekerja sebagai pabrik kecil untuk memproduksi salinan protein yang tidak berbahaya. Sistem imunitas memproduksi antibody untuk melindungi dari serangan virus.

Vaksin DNA itu merupakan teknologi baru. Tapi, Inovio mengembangkan vaksin eksperimental untuk melawan penyakit. “DNA sintesis dalam jumlah besar bisa melakukan penetrasi ke sel manusia dan sinyal membantu vaksin berpenetrasi dan bisa bekerja,” kata kepala pengembangan dan penelitian Inovio, Kate Broderick.

Kemudian, kandidat vaksin NIH yang dikembangkan Moderna juga memiliki sistem kerja yang sama. Vaksin itu menggunakan kode genetik penyampai pesan RNA yang disuntik ke dekat tulang. Baik vaksin NIH atau pun Inovio tidak dikembangkan dari virus yang sebenarnya sehingga tidak memiliki kesempatan terinfeksi dari vaksin. Selain itu, lebih cepat melakukan perlindungan dibandingkan suntikan vaksin tradisional.

Sebelumnya, Badan Sains Nasional Australia mengumumkan proses tahap pertama uji vaksin Covid-19. Langkah itu di tengah perlombaan banyak negara, institusi kesehatan, dan perusahaan farmasi menciptakan vaksin dan obat untuk menangkal pandemi korona. Uji praklinis itu dilaksanakan Organisasi Penelitian Industri dan Sains Persemakmuran (CSIRO) terhadap musang yang disuntik dua vaksin.

Penelitian yang didanai National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) bersama dengan Kaiser Permanente Health Research Institute di Seattle menguji vaksin yang aman bagi manusia. Para partisipan menerima dua dosis vaksin dan dimonitor selama satu tahun.

Perusahaan farmasi AS Pfizer sudah menandatangani kerja sama dengan BioNTech di Jerman untuk mengembangkan vaksin virus korona. Dua perusahaan itu berkolaborasi bersama-sama untuk mendistribusikan vaksin di luar China. Mereka juga sudah menyepakati faktor finansial untuk pengembangan dan komersialisasi vaksin tersebut. (Koran Sindo)