MANADO— Pasien ke-345 di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) yang merupakan bayi baru lahir dan dinyatakan terjangkit Covid-19. Namun, bayi tersebut telah meninggal dunia. Kasus positif Covid-19 yang dialami bayi baru lahir asal Minahasa Tenggara (Mitra) ini, masih menjadi tanda tanya besar bagi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sulut serta Gugus Tugas Covid-19 Mitra.
Pasalnya, bayi baru lahir yang diumumkan terjangkit virus korona pada Senin (1/6/2020), hingga saat ini belum diketahui terjangkit dari siapa. Juru Bicara (Jubir) Gugus Tugas Covid-19 Sulut, dr Steaven Dandel mengatakan, hingga saat ini pihaknya masih terus berkoordinasi dengan Dinkes Mitra terkait asal usul terjangkitnya bayi tersebut.
“Ini sementara dilakukan penyelidikan epidemiologi dari teman-teman Dinkes Mitra. Memang ada sedikit kendala terkait kasus ini karena adanya pertanyaan dari keluarga terkait hasil lab, apakah memang betul positif?” ujarnya saat konferensi video bersama wartawan, Rabu (3/6/2020).
Lanjut Dia, hasil lab dari bayi tersebut pun saat ini telah diberikan kepada Dinkes Mitra untuk disampaikan kepada pihak keluarga.
“Memang ini kasus yang sangat unik, karena yang bersangkutan masuk sebagai pasien dalam pengawasan (PDP), memang ada pneumonia dari gambaran klinisnya,” beber Dandel.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkesda Sulut itu merinci bahwa tidak ditemukan penyakit penyerta lain pada bayi tersebut, akan tetapi mengingat seorang bayi itu daya tahan tubuhnya sangat rentan, maka kemudian hal itu bisa menjadi penyebab dirinya meninggal.
“Makanya sekarang ini ada rekomendasi dari ikatan dokter anak indonesia (IDAI) untuk hati-hati sekali terkait bayi yang terpapar Covid-19, karena bisa berkembang menjadi penyakit yang tidak bisa ditangani,” jelasnya.
Perihal kerentanan bayi, menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Sulut, dr Rocky Wilar, memang mengamini bahwa bayi terlebih bayi baru lahir memiliki daya tahan tubuh atau imunitas yang lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa.
“Bukan hanya Covid-19 saja, tetapi juga penyakit yang lain seperti diare, batuk pilek bukan karna covid, atau penyakit infeksi lain, itu memang lebih rentan,” tukasnya.
Wilar menambahkan, ketika anak-anak terserang penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 ini, mereka cenderung akan memperlihatkan gejala mulai dari gejala ringan hingga berat.
“Orang dewasa kan antibodinya bagus, bisa saja mereka tidak bergejala, beda dengan anak-anak,” pungkas Kepala Bagian/KSM Anak FK Unsrat-RSUP Prof Kandou Manado itu.
Oleh karenanya, baik Dandel maupun Wilar mengingatkan kepada masyarakat agar terus memberi perhatian lebih bagi anak-anak terlebih bayi yang memang memiliki daya tahan tubuh yang lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa.
(Fernando rumetor)
Tinggalkan Balasan