MANADO- Pandemi virus korona (Covid-19) yang melanda dunia, tak luput juga menyerang Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Fatality case (Tingkat kefatalan kasus) Covid-19 dapat dikatakan sangat mengkhawatirkan, sebab tak sedikit nyawa yang melayang akibat penyakit ini.
Di Sulut sendiri, telah ada 112 orang yang meninggal karenanya. Kebanyakan dari mereka yang meninggal diketahui mempunyai komorbid atau penyakit penyerta, yang kemudian memperparah kondisinya dan mengakibatkan kematian.
Melihat hal itu, Juru Bicara (Jubir) Gugus Tugas Covid-19 Sulut, dr Steaven Dandel, angkat bicara. Dia meminta agar masyarakat yang rentan karena adanya penyakit penyerta, harus lebih disiplin lagi dalam mematuhi protokol kesehatan yang ada.
“Masyarakat yang rentan dengan adanya penyakit penyerta diharapkan untuk lebih disiplin dalan pelaksanaan perilaku aman Covid-19,” ujarnya saat dihubungi wartawan SINDOMANADO.COM via aplikasi pesan singkat WhatsApp, Selasa (21/7/2020).
Selain itu, Dandel mengharapkan agar masyarakat yang rentan tersebut, selalu mengontrol kondisi penyakit penyertanya seperti hipertensi, obesitas, dan gagal ginjal kronik dan penyakit lainnya yang masuk kedalam kategori penyakit tidak menular (PTM).
“Masyarakat juga diharapkan mengontrol kondisi PTM-nya dengan teratur,” beber Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Daerah (Dinkesda) Sulut itu.
Pasalnya, Sulut menempati urutan pertama untuk beberapa PTM di Indonesia. Masyarakat yang memiliki PTM inilah yang masuk ke dalam kelompok masyarakat rentan terkena Covid-19 dan dapat mengalami perburukan keadaan hingga dapat beresiko kematian.
“Komorbid hipertensi, obesitas dan gagal ginjal kronik di Sulawesi Utara prevalensinya nomor satu di Indonesia. Kemudian diabetes melitus (DM) nomor empat, sesuai dengan Riset Kesehatan Dasar 2018,” ungkapnya.
Senada disampaikan oleh Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Manado, dr Ventje Kawengian. Dirinya menyebut, sejak 2013 hingga saat ini, Sulut dinobatkan sebagai provinsi dengan kasus obesitas tertinggi se-Indonesia.
“Sesuai Survei Kesehatan Rumah Tangga, SKRT itu, sejak 2013 kita (Sulut) yang paling tinggi obesitas itu, nah obesitas itu penyakit yang bisa menimbulkan banyak (penyakit) ke depan. Gampang hipertensi, gampang darah tinggi, semua induknya obesitas itu,” terang dr Ventje.
Lanjutnya, bagi mereka yang memiliki penyakit-penyakit penyerta, harus lebih waspada lagi dalam memasuki adaptasi kebiasaan baru yang saat ini mulai gencar digalakkan oleh pemerintah demi meningkatkan perekonomian daerah yang terpuruk akibat pandemi global ini.
“Terutama juga dia harus kontrol rutin untuk penyakit-penyakit dasarnya itu, jangan sampai tidak kontrol rutin, apalagi tidak ada upaya pencegahan terhadap covid-19, maka ketika dia mendapatkan Covid-19, itu tentu mempunyai resiko besar sekali dibandingkan orang-orang yang tidak ada penyakit penyerta,” tukasnya.
Dokter spesialis penyakit dalam itu juga meminta agar masyarakat yang memiliki penyakit penyerta dan harus melakukan kontrol rutin, agar tidak takut untuk datang ke rumah sakit (RS) ataupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya jika memang diperlukan.
“Kan di RS juga sudah dipilah-pilah, jadi sudah discreening, khusus pasien-pasien yang ada covid-19-nya, kalaupun ada perawatan, dia ada di ruangan tersendiri, isolasi. Bagi yang non Covid-19, tidak usah takut, ada ruangan tersendiri yang disediakan,” tuturnya.
Jangan sampai dengan adanya kekhawatiran itu, kata dr Ventje, membuat masyarakat yang ada penyakit penyerta maupun penyakit lainnya takut untuk berobat dan justru keadaannya menjadi parah dengan penyakit yang sudah ada. “Padahal sudah ada sakit yang perlu dikontrol,” tambahnya.
Diketahui, Ketua IDI Manado ini juga melakukan pelayanan medis disalah satu rumah sakit pemerintah, dimana dirinya masuk kedalam tim dokter yang menangani dan merawat pasien Covid-19 karena spesialisasinya dibagian penyakit dalam.
“Hampir semua yang dirawat disini (RS pemerintah) tidak ada yang tanpa penyakit dasar (penyakit penyerta), hampir semua yang datang itu sudah ada penyakit dasar, apalagi yang dirawat itu hampir rata-ratakan sudah usia-usia lanjut, lansia,” imbuhnya.
Kata dia, banyak pasien-pasien yang datang ternyata sudah memiliki penyakit Covid-19 didalamnya, padahal tidak memberikan gejala dan keluhan klasik dari Covid-19 seperti batuk maupun demam.
“Banyak juga yang tidak memperlihatkan keluhan-keluhan itu, malah keluhan-keluhan yang tidak disangka, ternyata dia datang (ke RS) sudah dengan konfirmasi positif. Lebih banyak memang karena penyakit dasarnya (penyakit penyerta),” sambungnya.
Oleh karenanya, memasuki adaptasi kehidupan baru ini, seluruh masyarakat Sulut, terutama mereka yang memiliki penyakit penyerta, diharapkan dapat menjalankan protokol kesehatan Covid-19 dengan lebih ketat dan disiplin lagi, demi kepentingan diri sendiri dan sesama.
“Jangan lupa perlindungan diri, masker itu masih faktor preventif yang paling penting, kemudian cuci tangan, jaga jarak itu sangat penting. Sekarang juga hati-hati ditempat-tempat, ruangan yang sirkulasi udaranya tidak bagus, tertutup, yang terlalu padat, itu potensi penularannya masih besar,” tukas dr Ventje.
“Jadi bisa saja orang-orang beraktivitas, tapi faktor-faktor tersebut jangan dilupakan. Jaga kondisi tubuh juga, karena saat imun kurang bagus, mudah muncul sakit,” tutupnya.
Diketahui, kemarin Sulut ketambahan 38 pasien positif Covid-19. Dengan begitu, total akumulasi kasus positif Covid-19 di Sulut telah mencapai 2.000 orang, dimana 810 orang diantaranya telah dinyatakan sembuh, 112 orang meninggal, serta 1.078 orang sementara dilakukan pantauan dan perawatan. (Fernando Rumetor)
Tinggalkan Balasan