MANADO – Menggunakan masker manjadi cara memperlambat transmisi atau penjangkitan virus korona (Covid-19). Harus berkorban! Dengan menggunakan masker, kita menjadi solusi bukan menjadi masalah. Hal tersebut dikatakan dr Steaven Dandel, Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Sulawesi Utara (Sulut) kepada KORAN SINDO MANADO/SINDOMANADO.COM, Selasa (28/7/2020).

Pandemi Covid-19 yang menerjang Sulut memang mengubah segala sendi kehidupan. Kini, masyarakat diharuskan untuk mematuhi protokol kesehatan dengan ketat, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan rajin cuci tangan. Namun, masih ada saja orang-orang yang mengabaikan protokol tersebut dan seakan tak menghiraukannya.

Padahal, menurut Dandel, penggunaan masker dari sisi upaya kesehatan perorangan (UKP), tujuannya untuk melindungi tubuh kita dari paparan masuknya virus berbahaya, salah satunya virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

“Tetapi dalam konteks Covid-19 ini, karena kita belum punya vaksin, belum punya obat dari Covid-19 ini, sehingga metode penghentian transmisi (Covid-19) satu-satunya yang ada saat ini disamping physical distancing (jaga jarak), adalah pemakaian masker,” ujarnya.

Lanjut dia, masker itu dibuat untuk menutupi tempat-tempat masuk dari virus ini ke dalam tubuh kita. “Agar virus itu tidak memanfaatkan tubuh kita menjadi tempat perkembangbiakan dari virus ini, sehingga tidak bertambah banyak didalam tubuh kita, ketika kita memakai masker,” tukas Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkesda Sulut itu

Dandel kemudian memberikan contoh, apabila seluruh orang di dunia memanfaatkan masker setiap saat ketika keluar dari rumah, maka virus korona ini tidak akan bisa mendapatkan tubuh seseorang untuk bisa dijadikan ‘tempat’ berkembang biak dan melipatgandakan diri. “Kalau kita bisa melaksanakan itu  (memakai masker) secara tertib, maka kita bisa kemudian memperlambat transmisi (penyebaran) penyakit ini,” tegas Dandel.

Secara kesehatan masyarakat, kata Dandel, ditengah pandemi ini, masker di satu sisi melindungi kita dari serangan virus korona, tetapi di sisi lain, ketika masker dipakai secara serentak, dapat menyebabkan virus ini akan kekurangan tubuh untuk berlipat ganda atau bereplikasi.

“Hanya itu satu-satunya sekarang ini yang tersedia bagi kita untuk memperlambat transmisi Covid-19. Kita harus berkorban, dalam hal ini kita menjadi solusi, bukan menjadi masalah,” tuturnya seraya menjelaskan bahwa apabila kita menggunakan masker, kita menjadi solusi memperlambat penyebaran Covid-19, namun kalau kita tidak memakai masker, maka kita menjadi bagian dari masalah dari virus korona ini.

Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Manado, dr Ventje Kawengian menyebut bahwa perilaku sebagian masyarakat yang tak memakai masker sangat disayangkan, sebab saat ini, penggunaan masker merupakan sesuatu yang paling utama dan paling penting dalam mencegah seseorang tertular virus korona ini.

“Apalagi disampaikan oleh WHO, dia itu (Covid-19) sekarang lewat udara. Kalau sudah di udara begitu, tempat-tempat yang paling beresiko adalah tempat ramai orang, tempat yang tertutup, atau tempat yang sempit, itu beresiko sekali. Nah untuk menjaga dari udara yang memang sudah terkontaminasi, darimana yang paling efektif? ya dari masker, tidak ada lain yang bisa menghambat itu selain masker,” jelasnya saat dihubungi wartawan koran ini.

Dikatakan dr Ventje, sebegitu pentingnya penggunaan masker di saat ini, sehingga memang apabila masyarakat merasa tidak nyaman dengan masker kain yang dipakai, karena merasa sulit untuk bernapas dan sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka dapat memakai jenis masker yang lain, seperti masker bedah maupun masker lainnya yang dirasa nyaman untuk dipakai.

“Sebenarnya secara alamiah itu, orang bisa melatih (untuk memakai masker), membiasakan diri pakai masker. Masalahnya orang yang tidak membiasakan, dia akan merasa susah (bernapas) terus ketika dia pakai masker,” tutur dr Ventje. “Jadi kalau dia merasa sesak (pakai masker) itu individual, individual yang tidak membiasakan diri, perasaannya yang ditonjolkan daripada rasional dengan keadaan sekarang. Tapi kalau dia latih-latih (pakai masker) pasti bisa kok. Dan juga niat, niat itu penting,” beber dokter spesialis penyakit dalam itu.

Memang disampaikannya, lebih banyak orang saat ini yang sudah mulai taat dengan memakai masker. Akan tetapi, kata dr Ventje, apa artinya banyak orang yang memakai masker, namun masih ada saja satu dua orang yang tidak memakai masker.

“Itu yang sumber penularan nantinya. Jadikan harusnya berlaku sama rata, semua harus menggunakan masker, supaya aman, aman untuk diri sendiri, dan aman untuk orang lain toh,” ucap dokter yang diketahui menjadi salah satu tim medis dalam merawat pasien Covid-19 di RSUP Prof Kandou ini.

Di lain sisi, menurut Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Tk.II RS Robert Wolter Mongisidi, Kolonel Ckm dr Abdul Alim, pelaksanaan protokol kesehatan seperti memakai masker tidak boleh kendor, karena penyakit ini belum berakhir di Bumi Nyiur Melambai. “Bahkan makin disiplin lagi, antara lain pakai masker. Kalau masker bedah itu setiap hari diganti, kalau masker kain harus minimal ganti sehari dua kali, itu harus diperhatikan. Di mana-mana saja harus pakai masker,” terangnya.

“Juga jaga jarak harus dilakukan, minimal satu meter, dua meter. Terus hindari pertemuan-pertemuan dikantor dalam jarak dekat, atur jaraknya. Pastikan juga ruangan-ruangan itu baik sirkulasi udaranya. Serta cuci tangan, harus lebih sesering mungkin, karena kita tidak tahu apa yang kita sentuh ada Covid-nya atau tidak,” tekan Alim.

Selain itu, kata dia, di saat musim pancaroba sekarang ini, juga memengaruhi imunitas tubuh, sehingga masyarakat diharapkan dapat menjaga kondisi tubuh agar tidak demam dan terkena penyakit.

“Caranya gimana? Hidup sehat, gizi yang cukup, minum yang cukup, istirahat yang cukup, jangan begadang. Kemudian perbaiki mental dan spiritual, ini yang akan meningkatkan imunitas, kalau imunitas kita bagus, virus apa pun juga tidak akan mengenai kita, kalau mengenai pun, kita tidak akan sakit,” paparnya.

Dokter spesialis penyakit dalam ini tak menampik bahwa memang kebanyakan dari pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit yang dipimpinnya, terjangkit virus ini karena tidak mematuhi protokol kesehatan dengan disiplin dan ketat. “Kebanyakan yang kena Covid itu ya tidak disiplin dalam protokol kesehatan,” singkatnya.

Sekadar diketahui, Ketua IDI Manado dan Karumkit Tk.II RS R.W Mongisidi tersebut merupakan tenaga medis yang berada di garda terdepan dalam memerangi Covid-19. Mereka berdua sama-sama melayani para pasien yang positif Covid-19 di rumah sakit tempatnya bertugas.

Untuk itu, baik dr Steaven Dandel, dr Ventje Kawengian, dan Kolonel Ckm dr Abdul Alim terus mengimbau masyarakat untuk terus disipin dan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat, sebab ketiga telah melihat betul bagaimana efek dan dampak dari penyakit ini kepada orang-orang.

Adapun, di Sulut sendiri hingga saat ini, total akumulatif pasien Covid-19 sebanyak 2.357 kasus, dimana 1.166 orang diantaranya telah dinyatakan sembuh, 126 orang meninggal, dan 1.065 orang dalam pemantauan maupun perawatan di rumah sakit rujukan, maupun rumah sakit darurat Covid-19, serta ada juga yang melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing. (Fernando Rumetor)