MANADO– Garda terdepan penanganan pandemi Covid-19 di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) bukan hanya para tenaga medis yang berada di rumah sakit (RS) saja, melainkan juga para tenaga surveilans epidemiologi. Mereka memang kurang populer atau bahkan tidak diketahui masyarakat. Salah satunya ialah tenaga yang tergabung dalam tim surveilans epidemiologi di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Kelas 1 Manado.

Tugas mereka di tengah pandemi ini ialah melakukan pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan interpretasi data terkait Covid-19, yang kemudian dibagikan informasinya kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Data yang kumpulkan dan diolah pun tak hanya dari Sulut saja, melainkan juga beberapa provinsi tetangga kita.

“Tugas tim surveilans kami ini diperbantukan untuk mengolah dan menganalisis data laboratorium hasil pemeriksaan Covid. Jadi semua data yang di kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku Utara. Datanya terhimpun di satu data di seksi surveilans, kami yang merekap dan menganalisisnya,” ujar Fachri Latif, Plh Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi BTKL-PP Kelas 1 Manado kepada KORAN SINDO MANADO/SINDOMANADO.COM, Rabu (12/8/2020).

Selain itu, kata Fachri, kerja tim surveilans tak melulu hanya dengan data saja, melainkan mereka sebagai tim surveilans epidemiologi juga terjun langsung ke lapangan untuk membantu tracking dan tracing atau pelacakan dan pencarian dari kontak erat kasus Covid-19 yang ada, utamanya di Bumi Nyiur Melambai. Tim surveilans ini juga melakukan pengambilan sampel swab.

“Diseksi (surveilans epidemiologi) kami ada 10 orang, dan dibantu seksi yang lain. Jadi setiap ada kegiatan di lapangan, kami membagi tim. Ada yang tetap stay (tinggal) di kantor, ada yang turun lapangan untuk melakukan swab sama screening rapid test, pengambilan data deteksi dini rapid test,” tukasnya

Tim surveilans dari BTKL-PP pun ikut dalam pelaksanaan swab massal yang telah mulai digalakkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sulut. “(Kami juga ikut melaksanakan) Swab massal untuk mengetahui responden atau masyarakat-masyarakat yang merupakan populasi dengan resiko (terjangkit Covid-19) seperti di Bandara, di Pasar, kami swab sama rapid test,” jelas Fachri.

Pun dalam menjalankan tugas sehari-hari, Fachri mengungkapkan bahwa dirinya dan teman-teman lebih mendapatkan suka daripada dukanya, sebab di masa pandemi yang menjadi kejadian luar biasa di Indonesia hingga dunia ini, Fachri dan rekan sejawat sebagai merasa terpanggil untuk berkontribusi bagi sesama.

“Bersyukur juga ada tugas seperti ini, bisa membantu mereka yang terdampak, bisa membantu juga teman-teman di Dinas (Kesehatan) kabupaten/kota di wilayah pelayanan kami,” pungkasnya seraya menambahkan bahwa ada juga duka yang dialami, ketika mereka mendapatkan data dari Kabupaten/Kota yang tak lengkap, sehingga menyulitkan ketika akan dianalisis.

“Misalnya namanya tak tertulis jelas, karena kan hasil rekapan yang kami terima dari lembar kertas, hanya di tulis tangan. Dukanya itu, karena kami kesulitan saat identifikasi. Terus nomor telepon yang biasanya kami hubungi untuk konfirmasi, tetapi tidak ada datanya. Juga untuk pelacakan kontaknya mesti ada NIK (nomor induk kependudukan) sama alamat, biasanya NIKnya tidak ada, atau alamatnya tak lengkap,” keluh Fachri.

Memang diungkapkannya, pada saat awal-awal pandemi virus korona ini menyerang, pihaknya telah mencatat masalah-masalah yang dihadapi selama melakukan rekapan dan analisis data, dimana kemudian BTKL-PP Manado telah menyurati terkait permasalahan tersebut kepada seluruh Dinas Kesehatan Provinsi hingga Kabupaten/Kota yang menjadi tanggung jawab layanannya.

“Semuanya sudah merespon, tapi ada sebagian yang masih belum mengikuti pedoman yang kita berikan, mungkin belum tersampaikan dari dinasnya kan atau petugasnya karena kesibukan di lapangan juga kan. Orang-orang di Faskes juga selain mereka memburu waktu untuk melakukan swab, harus mencatat juga, kemungkinan lalai pada saat mereka sudah kelelahan, mungkin mereka lupa catat,” bebernya.

Adapun, terkait kegiatan pelaksanaan swab massal seperti di beberapa tempat di Kota Manado yang telah dilakukan, tim surveilans BTKL-PP Manado berkolaborasi dan berkoordinasi dengan Dinkes Kota Manado serta Dinkesda Provinsi Sulut dalam pelaksanaannya.

“Jadi tim yang turun ada tiga tim, dari BTKL-PP, (Dinkes) Provinsi Sulut, dan Dinkes Manado juga turun. Tidak saling berbenturan kerjanya, dibagi. Misalnya, Dinkes Provinsi menyiapkan logistiknya, lalu Dinkes Manado menyediakan form kuesionernya, dan untuk pengambilan swab-nya dari BTKL,” tuturnya.

“Sering dibolak-balik juga, misalnya minggu pertama seperti itu, lalu minggu kedua swab massal dilakukan di Bandara. Yang mengambil swab Dinkes Manado, yang menyiapkan kuesioner BTKL-PP Manado, terus menyediakan logisitik dari Dinkes Provinsi Sulut. Ditukar-tukar seperti itu, jadi ada koordinasi antar lini, lintas sektor, jadi tidak ada permasalahan selama ini,” tambahnya.

Di sisi lain, diketahui bahwa BTKL-PP Manado juga telah meningkatkan kapasitas pemeriksaan sampel swab melalui metode real time-polymerase chain reaction (RT-PCR), sebab waktu lalu pernah terjadi penumpukan sampel swab yang belum terperiksa karena pihaknya mengalami kekurangan tenaga pemeriksa di laboratorium. “Kami meminta tenaga bantuan dari Dinkes Provinsi. Jadi Dinkes Provinsi membantu dalam mencari tenaga analis yang bisa bergabung di kami, mereka yang mencari anggotanya dan Alhamdulilah sudah dapat 13 orang yang dari bantuan sehingga sekarang hasilnya (pemeriksaan swab) lebih cepat didapat daripada sebelumnya,” ungkap Fachri.

Dengan adanya tenaga bantuan itu, durasi pemeriksaan sampel swab yang ada sudah lebih baik daripada sebelumnya. Pasalnya, diungkapkan Fachri, sebelumnya hasil sampel swab harus menunggu lebih dari satu minggu, bahkan dua minggu. Tapi saat ini, waktu tunggu hasil tersebut bisa ditekan hinggau mencapai maksimal satu minggu dari saat sampel swab tersebut diambil. “Paling cepat lima hari sudah keluar, dua sampai lima hari sudah keluar (hasil pemeriksaan swab),” imbuhnya. Sekadar diketahui, saat ini sendiri Lab RT-PCR di BTKL-PP Manado hanya tinggal menerima kiriman sampel swab dari Bumi Nyiur Melambai saja, sebab Gorontalo dan Malut sudah tidak mengirimkan sampel mereka ke BTKL-PP karena kedua Provinsi tetangga itu telah memiliki Lab RT-PCR sendiri. “Jadi mereka sudah ada lab masing-masing,” tutupnya. (Fernando Rumetor)