MANADO- Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Arbonas Hutabarat menyampaikan bahwa dirinya optimistis pada tahun ini pertumbuhan ekonomi Sulut secara year-on-year (y-o-y) dapat membaik hingga menyentuh angka 4-5%.

Hal itu disampaikan Arbonas dalam Media Briefing Kondisi Makroekonomi Sulawesi Utara Tahun 2020 yang diselenggarakan di Four Points by Sheraton Manado pada Senin (8/2/2021). “Kita melihat IMF atau bank dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 5,5%,” ujarnya.

“Proyeksi pertumbuhan ekonomi beberapa negara di dunia seperti Amerika Serikat sebesar 5,1%, Eropa sebesar 4,2%, Jepang 3,1%, India 11,5%, dan China 8,1%. Nah kalau dunia naik dan mitra dagang utama kita seperti AS, Eropa dan China naik, efek spill overnya akan ke negara-negara emerging, antara lain Indonesia,” tukasnya.

Hal itu, kata Arbonas, berdampak pada naiknya pembeli dari ketiga regional tersebut terhadap produk-produk tanah air seperti Tekstil dan Alas Kaki, Elektronika, Perikanan, Minyak Nabati. “Itu yang membuat kita optimis di Sulut tahun 2021 target perbaikan ekonomi sebesar 4-5%, dengan tingkat inflasi yang terjaga di level 3%,” harapnya.

Ya, kendati akan berdampak pada inflasi, tapi apabila masih berada dalam rentang aman 2,5% sampai 3,5%. “Kita berharap jangan sampai dibawah 2% inflasinya, karena tidak akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Kenapa? tidak ada insentif orang untuk berusaha,” jelas Arbonas.

Oleh sebab itu, apabila inflasi bisa berada di angka aman itu dan pertumbuhan ekonomi secara y-o-y bisa 4-5%, maka kita masih memiliki Real Positive Growth atau angka pertumbuhan yang positif terhadap inflasi. “Adapun faktor-faktor yang diperkirakan bisa memberikan pertumbuhan ekonomi di Sulut ada beberapa sektor,” ungkapnya.

Faktor pendorongnya antara lain adalah sektor Pertanian, Konstruksi, Perdagangan, Investasi, Konstruksi, Transportasi, Konsumsi Domestik, serta Ekspor. Untuk Pertanian sendiri, terdiri dari kenaikan produktivitas tanaman bahan makanan, perbaikan kinerja perikanan, serta tran kenaikan perkebunan.

Kemudian di sektor Perdaganagan, diperkirakan akan didorong oleh perbaikan konsumsi rumah tangga, kenaikan aktivitas ekonomi sosial masyarakat sejalan dengan pemberian vaksin, serta pelaksanaan iven-iven pariwisata yang tertunda pada tahun 2020 lalu.

Selanjutnya di sektor Industri, perbaikan perekonomian global mendorong permintaan eksternal komoditas industri Sulut, serta tren positif kenaikan harga CNO yang diperkirakan berlanjut pada tahun 2021 dijadikan semangat yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Bumi Nyiur Melambai.

Lalu di sektor Investasi, kenaikan pagu belanja modal belanja pemerintah, percepatan Investasi KEK Likupang, serta membaiknya prospek perekonomian diperkirakan mendorong keyakinan swasta untuk realisasi investasi yang bermuara pada dorongan perbaikan pertumbuhan ekonomi Sulut.

“Dari sektor Konstruksi, kenaikan belanja modal pemerintah dari APBD dan APBN serta Percepatan pembangunan KEK Likupang. Kemudian dari sektor Transportasi, perkiraan faktornya adalah tumbuh menguat seiring adanya base effect, mengingat pertumbuhan transportasi diperkirakan negatif pada tahun 2020, meningkatnya mobilitas masyarakat memasuki masa transisi, juga tarif angkutan udara diperkirakan relatif terjangkau pada tahun 2021,” paparnya.

Selanjutnya bila dilihat dari sektor Konsumsi Domestik, peningakatan aktivitas sosial ekonomi masyarakat sejalan dengan pemberian vaksin, peningkatan permintaan secara gradual sejalan dengan kenaikan pendapatan, serta kenaikan belanja Bantuan Sosial & realisasi belanja Operasional pemerintah menjadi faktor pendorongnya.

Serta yang terakhir di bidang Ekspor, dimana perbaikan perekonomian global mendorong permintaan eksternal komoditas industri Sulut, lalu tren positif kenaikan harga CNO yang diperkirakan berlanjut pada tahun 2021, serta adanya perbaikan pariwisata di semester 2 pada tahun 2021 ini. (Fernando Rumetor)