MANADO – Pemerintahan Gubernur Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Steven Kandouw (OD-SK) terus berupaya mendorong pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19.

Salah satunya menggenjot program prioritas Kementrian Perdagangan (Kemendag) RI, supaya terlaksana dengan baik di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

Tiga program prioritas yang menjadi perhatian yakni pembangunan pusat kuliner, perluasan perdagangan dan revitalisasi pasar. Tiga program ini masuk program andalan Kemendag RI di tahun 2021.

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Provinsi Sulut, Edwin Kindangen memaparkan secara rinci pelaksanaan tiga program tersebut.

Pembangunan Pusat Kuliner

Kawasan Megamas Manado dijadikan salah satu tempat kawasan kuliner untuk menunjang pariwisata. Tampak salah satu lokasi kuliner sebelum pandemi. (istimewa)

Kata Edwin, pembangunan pusat kuliner masuk program prioritas Disperindag Sulut dalam menunjang pengembangan sektor pariwisata.

Ia mengakui, pelaksanaan program ini sudah digenjot sejak pemerintahan OD-SK di periode pertama.

“Ada beberapa wilayah yang kita push dengan berkoordinasi bersama pemerintah setempat. Seperti di Kota Manado yakni di kawasan Megamas,” ungkap Edwin di Manado, Kamis (25/3/2021).

Pun untuk tahun 2021, kata Edwin, pembangunan pusat kuliner akan dibangun di wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Likupang, Kabupaten Minahasa Utara (Minut).

“Kita sudah tinjau lokasinya bersama Pemkab Minut. Nanti pembangunan kuliner di tempat tersebut akan menonjolkan makanan khas daerah,” ujarnya.

Menurut dia, peran pemerintah di kabupaten/kota sangat membantu dalam menggenjot pembangunan kuliner. Karena mengingat, pemerintah setempat yang tahu persis wilayah dan masyarakatnya.

“Termasuk juga menyiapkan para pelaku-pelaku usaha kuliner. Masyarakat bisa mendapatkan pendapatan. Perputaran ekonomi akan berjalan baik, termasuk penyerapan tenaga kerja,” bebernya.

Sebagai daerah pariwisata, penyiapan pusat kuliner di Provinsi Sulut dinilai penting sebagai pelengkap untuk menjamin kunjungan wisatawan baik lokal dan luar negeri.

“Masa pandemi Covid-19 memang memukul banyak sektor. Salah satunya yang terdampak para pelaku usaha kuliner. Kita berharap makin terkendalinya penanganan Covid-19, maka akan kembali menggairahkan pariwisata daerah yang berdampak pada peningkatan perekonomian pelaku usaha kuliner. Ini pastinya butuh sinergitas yang baik dari pemerintah di kabupaten/kota untuk mendorong pemulihan ekonomi,” tukasnya.

Perluasan Perdagangan

Pemprov Sulut terus memacu ekspor langsung ke luar negeri dengan menggunakan pesawat kargo. Tampak ekspor perdana ke Singapura dengan pesawat kargo Tri-MG dari Bandara Samrat Manado. (istimewa)

Selain itu, lanjut Edwin, perluasan perdagangan terus dipacu Pemprov Sulut di periode kedua OD-SK. Seperti upaya ekspor komoditas Sulut ke sejumlah negara tujuan.

“Ekspor Sulut keluar negeri memang sudah berjalan dari tahun-tahun sebelumnya. Ekspor komoditas Sulut awalnya hanya melalui jalur laut. Tapi, pak gubernur buat terobosan dengan menggandeng Maskapai Garuda untuk ekspor langsung ke Jepang,” bebernya.

Tidak sampai di situ, kata Edwin, upaya mencari target pasar baru untuk ekspor langsung (direct eksport) keluar negeri terus dilakukan.

Buktinya, belum lama ini ekspor langsung komoditas Sulut ke negara Singapura dengan pesawat kargo Tri-MG sudah dilakukan.

“Komoditas Sulut baik perikanan, pertanian dan perkebunan sudah dipasarkan ke Jepang dan Singapura lewat penerbangan langsung. Ini luar biasa, karena daerah ini meski dalam situasi pandemi dapat terus meningkatkan ekspor,” terangnya.

Ia mengungkapkan, pihaknya terus didorong pimpinan untuk menggarap lebih banyak lagi pasar ekspor di luar negeri. Karena banyak komoditas daerah seperti perikanan, pertanian dan perkebunan, sangat diminati masyarakat di negara luar.

“Belum lama ini, komoditas Sulut ikut dipamerkan dalam pameran di Jepang. Ini tentu akan memberikan peluang besar bagi kita untuk mengenalkan produk daerah, dan meningkatkan ekspor dalam mendorong peningkatan perekonomian daerah dan masyarakat,” sebutnya.

Selain luar negeri, Edwin mengakui, produk-produk asal Sulut juga mencukupi kebutuhan masyarakat di luar Provinsi Sulut. Seperti di daerah Maluku dan lainnya yang banyak menggunakan produk daerah ini.

“Pasar ekspor dalam negeri juga jadi prioritas. Kita terus menggarap daerah-daerah di luar Sulut yang menginginkan produk atau komoditas Sulut untuk dipasarkan,” katanya.

Revitalisasi Pasar

Tampak salah satu pasar tradisional di Manado. Revitalisasi pasar menjadi salah satu program prioritas Kemendag RI untuk mendorong peningkatan perekonomian daerah. (istimewa)

Menurut Edwin, program berikutnya yang tak kalah penting yaitu revitalisasi pasar tradisional atau pasar rakyat. Program ini dari pemerintah pusat untuk membantu menata dan membangun, serta menyiapkan fasilitas memadai di kawasan pasar.

“Peningkatan daya beli atau kunjungan warga ke pasar tradisional akan meningkat jika pasarnya bersih dan bangunan atau lapak-lapak jualan tertata rapih,” akunya.

Tahun 2021 ini, pemerintah pusat lewat Kemendag berencana melakukan revitalisasi sebanyak 199 pasar tradisional. Meski begitu, Edwin belum dapat memastikan berapa banyak pasar tradisional di Sulut yang masuk dalam program revitalisasi tersebut.

“Kalau ada program revitalisasi dari Kemendag, pastinya Sulut dapat bagian. Mungkin revitalisasi terakhir tahun lalu kita mendapatkan jatah empat pasar tradisional. Mudah-mudahan tahun 2021 ini bisa lebih banyak,” harapnya.

Ia menjelaskan, mekanisme untuk usulan revitalisasi pasar tradisional ke Kemendag melalui kepala daerah di kabupaten/kota. Usulan tersebut harus mengantongi rekomendasi dari Disperindag Provinsi Sulut.

“Maksudnya ada kajian apakah usulan untuk revitalisasi pasar tersebut sesuai atau tidak. Contohnya, ada pasar tradisional yang diusulkan revitalisasi, tetapi kondisinya tidak memenuhi syarat untuk dilakukan perbaikan,” jelasnya.

Edwin menyebut, banyak pasar tradisional di Sulut yang memenuhi syarat perbaikan belum dilakukan revitalisasi. Padahal menurutnya ini sangat penting dalam menunjang peningkatan perekonomian daerah, termasuk dalam pengembangan pariwisata.

“Perbaikan yang dibutuhkan yakni bukan cuma pada fisik baik bangunan atau sarana dan prasaranannya, tetapi masuk juga soal manajemen pasar. Tentunya, pemda kabupaten/kota yang punya kewenangan soal manajemen pasar harus rutin melakukan evaluasi supaya pengelolaan pasar dapat terus berjalan baik,” ucap Edwin.

Menurutnya, Kota Manado sangat membutuhkan adanya Pasar Induk. Terkait kebutuhan itu, kata Edwin, Pemprov Sulut akan mengusulkannya ke Kemendag RI.

“Kita akan usulkan pembangunan Pasar Induk di Manado ke Kemendag. Ini juga menjadi salah satu pendorong peningkatan perekonomian,” tuturnya.

Ia juga menjelaskan soal program Pasar Murah yang akan terus dilakukan Pemprov Sulut di 2021. Menurutnya, program Pasar Murah pada 2020 lalu, menyasar sebanyak 26 titik yang banyak terpusat di wilayah perkampungan.

“Tahun lalu kan lagi panas-panasnya pandemi. Kita lakukan operasi Pasar Murah untuk membantu masyarakat mencukupi kebutuhan sembako setiap hari dengan harga yang murah,” tuturnya.

Pun, pada tahun 2021 ini, pihaknya berencana akan membuka Pasar Murah di 102 titik yang tersebar di kabupaten/kota.

“Kita akan lakukan di 15 kabupaten/kota. Bahan atau produk yang dijual seperti biasa yakni beras, minyak goreng dan gula. Kita berharap program ini akan membantu masyarakat,” tandasnya. (rivco tololiu)