MANADO – Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mencatat adanya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara (Sulut) pada Triwulan I/2021 tercatat sebesar 1,87% (yoy), menguat dibandingkan Triwulan IV/2020 yang terkontraksi sebesar -2,23% (yoy).

Kepala Perwakilan BI Sulut, Arbonas Hutabarat mengatakan, meskipun masih belum setinggi pada awal pandemi di Triwulan I/2020 yang mencapai 4,37% (yoy), namun perbaikan kinerja ekonomi Sulut tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan kinerja perekonomian nasional.

Dimana, kata dia, perekonomian nasional pada Triwulan I/2021 masih terkontraksi -0,74% (yoy). Angka Sulut pun masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan kinerja perekonomian wilayah Sulawesi yang tercatat 1,20% (yoy).

“Perbaikan perekonomian ini terutama didukung oleh kinerja lapangan usaha (LU) utama yaitu pertanian, industri, dan konstruksi. Selain itu, LU perdagangan menunjukan indikasi perbaikan seiring dengan kontraksi yang lebih rendah,” paparnya.

Di sisi lain, perbaikan kinerja LU transportasi masih tertahan dengan kontraksi yang sedikit lebih dalam dari triwulan lalu. Lalu, Kinerja LU lndustri yang tumbuh tinggi menjadi faktor utama pendorong kinerja perekonomian Sulut Triwulan I/2021. LU Industri tercatat tumbuh sebesar 13,29% (yoy).

“Ini menguat cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,79% (yoy). Kinerja LU Industri tersebut memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,32% (yoy) dari total pertumbuhan pada Triwulan I/2021 sebesar 1,87% (yoy),” jelasnya.

Membaiknya kinerja LU lndustri tidak terlepas dari tren harga Coconut oil (CNO) yang masih berada dalam tren positif pada Triwulan I/2021. Sepanjang Januari – Maret 2021 harga CNO dunia tercatat tumbuh sebesar 67,02% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 52,26% (yoy).

“Tren kenaikan harga CNO memberikan insentif bagi perusahaan untuk meningkatkan produksi. Hal ini juga tercermin dari nilai ekspor luar negeri (LN) minyak nabati dari Sulut pada Triwulan I/2021 yang tumbuh sebesar 20,87% (yoy), menguat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,78% (yoy),” papar Arbonas.

Sejalan dengan pertumbuhan di hilir, permintaan terhadap komoditas di sektor hulu diperkirakan ikut meningkat. Hal ini diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong kinerja LU Pertanian terutama dari Sub-LU perkebunan melalui peningkatan produksi Kelapa.

LU Pertanian tumbuh sebesar 2,89% (yoy), menguat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,36%(yoy). Selain Sub-LU perkebunan tahunan, kinerja LU Pertanian juga didorong oleh kenaikan produksi tanaman pangan seiring perkiraan kenaikan produksi padi maupun kinerja perikanan yang terutama didorong oleh permintaan domestik dan dari wilayah lain di Indonesia.

“Sementara itu, LU Konstruksi juga tumbuh menguat pada Triwulan I/2021 yaitu sebesar 8,66% (yoy). Menguat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat kontraksi -5,56% (yoy),” kata Arbonas.

Kenaikan kinerja LU Konstruksi tidak terlepas dari percepatan realisasi belanja modal pemerintah baik yang bersumber dari APBD maupun APBN, serta kegiatan konstruksi swasta. (Fernando Rumetor)