MANADO – Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) didorong menjadi provinsi terbaik di Indonesia dalam penanganan stunting. Hal tersebut disampaikan Wakil Gubernur (Wagub) Steven Kandouw saat membuka Rapat Koordinasi dan Evaluasi (Rakorev) Penanganan Stunting se Sulut tahun 2021 di Luwansa Hotel, Rabu (2/6/2021).
Wagub Steven Kandouw kesempatan itu meminta kepada seluruh pemerintah daerah (pemda) di kabupaten/kota untuk bersama-sama memerangi gizi buruk di wilayah masing-masing.
“Mengatasi stunting tentunya harus kita lakukan dengan gotong royong supaya hasilnya maksimal. Ini tentunya sangat membutuhkan peran aktif dari pemda di kabupaten/kota,” ujarnya.
Mantan Ketua DPRD Sulut ini memuji Kabupaten Bolmong Utara (Sulut) yang boleh menjadi juara nasional dalam penanganan stunting. Oleh karena itu, Pencanangan Penanganan Stunting digelar di Kabupaten Bolmut oleh BKKBN RI, waktu lalu.
“Ini jadi prime mover untuk kabupaten/kota lainnya di Sulut. Agar Sulut bisa menjadi provinsi terbaik di Indonesia dalam penanganan stunting,” ungkapnya.
Menurutnya, penanganan stunting yang maksimal salah satunya dengan menggalakan lagi Posyandu.
“Selain itu, Komitmen anggaran juga menjadi hal penting. Seperti saat ini, dari BKKBN pun mengalokasikan anggaran ke kabupaten/kota dalam penanganan stunting. Itu patut diberikan apresiasi,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sulut, Jenny Karouw melaporkan betapa pentingnya keseriusan dan intervensi dari pemerintah daerah agar terjadi angka penurunan yang sangat signifikan, dibanding daerah lain yang tidak diberikan perhatian khusus.
“Jadi yang bukan lokasi khusus upayanya biasa saja, sehingga ada penurunan tapi kecil. Lambat dibanding daerah yang mendapat perhatian khusus. Seperti di Kabupaten Bolmut itu, secara provinsi termasuk terbaik karena mampu turunkan 43% menjadi 9%. Jadi cukup drastis penurunannya,” beber Karouw.
Sementara di Kota Tomohon, katanya, angka stuntingnya relatif rendah. Tetapi terjadi peningkatan karena pertambahan stunting tahun ke tahun.
“Jadi jangan merasa puas dari yang tidak tinggi, tetapi ada potensi pertambahan dari tahun ke tahun,” imbaunya.
Karouw menambahkan, begitu juga di Kabupaten Bolmong angkanya turun serta Kabupaten Minut juga lebih rendah.
“Jadi margin itu agak besar. Dan untuk Kota Manado sendiri masih ada penanganan yang serius. Karena masalah sosial, banyak kasus kelahiran anak diluar pernikahan. Kemudian masalah sanitasi lingkungan,” tukasnya.
Disisi lain, menurutnya, soal integrasi pembiayaan juga mendapatkan perhatian penting dari pemerintah daerah.
“Kerahkan dandes, misalnya membangun jamban masyarakat. Ada yang secara komunal, artinya bangun wc umum. Karena ini program nasional dan target Indonesia akan zero persen terhadap stunting, maka semua kabupaten kota harus beri perhatian khusus,” tandasnya. (rivco tololiu)
Tinggalkan Balasan