CATATAN: Gladys Runtukahu
Evelyn Taroreh, merupakan salah satu sosok Ibu yang berhasil mendidik anak-anaknya hingga dewasa dan mandiri. Sebuah tugas yang tidak mudah, karena dilakukan di Kota Vancouver, Provinsi British Columbia, Kanada – jauh dari tanah kelahiran, jauh dari saudara dekat.
Saat berjumpa dengan penulis di Food Court Metrotown, Burnaby, Ellen, begitu kerap beliau disapa, masih terlihat cantik dan gesit di usia yang tidak muda lagi. Wanita berdarah Manado kelahiran Tahun 1966 dan lulusan dari ASMI ini, tidak henti tersenyum dan sesekali tertawa lepas ketika berbincang tentang pengalamannya membesarkan kedua anaknya di Kota Vancouver.
Saya lulus kuliah di ASMI Tahun 1977, lalu melanjutkan short course di Belanda, dan selanjutnya ke Politechnic of Central London. Saat itulah, Ellen bertemu sang suami, Adri Lolong.
Setelah menikah, mereka menetap di Vancouver sejak Tahun 1983 dan saat ini memiliki dua orang anak. Putri pertama, Anastasya saat ini berusia 35 tahun, menikah dengan orang Amerika dan telah berkarier di sebagai Lawyer di San Jose, California, Amerika Serikat. Sementara itu, James Lolong, putra bungsu Ellen saat ini bekerja di Insitusi Kesehatan di Provinsi British Columbia.
“Kewajiban orang tua tidak terbatas pada menjaga dan merawat serta memenuhi kebutuhan anak – anak secara fisik dan materi,” ujar Ellen. Lebih lanjut, Ellen berpendapat bahwa hal yang tidak kalah penting, orang tua wajib mensupport anak secara moril, menjadi pendengar saat mereka butuh teman bicara, tidak menghakimi pilihan mereka namun memberikan arahan apa yang baik dan benar. Selain itu, doa merupakan ikatan yang tidak boleh berhenti dilakukan orang tua untuk anak – anak mereka.”
Menurut Ellen, dia menyadari bukan hal mudah mendidik dan membesarkan anak dengan kebiasaan dan budaya orang timur di negara liberal seperti Kanada. “Di sini, orang tua berperan penting mengawasi pertumbuhan anak sejak dini, mengingat pergaulan bebas dan obat – obatan sangat biasa ditemui, bahkan dijual secara bebas. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk berhenti bekerja saat mereka masih kecil, agar ada yang bisa mengawasi saat suami berangkat kerja”. Selain itu, aktivitas rohani seperti pergi ke gereja setiap minggu sejak kecil dijadikan kebiaasaan, setidaknya mereka memiliki dasar iman kokoh untuk bisa menentukan pilihan – pilihan dalam hidup mereka.
Tante Ellen adalah perempuan berpendidikan dan mengisi masa muda dengan travelling. Seluruh negara Eropa dan sebagian besar Amerika telah dikunjungi saat masih berstatus “nona – nona”. Tidak heran, karena kakak beradik Tante Ellen sebagian besar sejak dulu tidak berdomisili di Indonesia.
Ketika anak – anak beranjak dewasa, tante Ellen pun memutuskan untuk kembali bekerja, dan saat ini bekerja di salah satu perusahaan suplemen kesehatan terbesar di Kanada. Satu hal menarik dikemukan Tante Ellen adalah, “tinggal di luar negeri tidak perlu terlalu repot dengan penampilan seperti saat tinggal di Indonesia. Tidak ada yang akan mengomentari saat kita tidak dress up, apalagi saat sudah menggunakan long coat – kecuali sesama orang Manado, ujarnya sambil tertawa” ujarnya. “Saat ini saya menikmati kehidupan saya. Anak – anak telah dewasa dan memiliki kehidupan mereka sendiri, namun doa saya tidak penah putus untuk mereka. Selain itu, kami di sini, sesama orang Manado hidup rukun dan baku – baku bae, saling support, dan membuat kita betah dan tidak merasa sepi”.
Ketika ditanya apa keinginan yang ingin diwujudkan dalam waktu dekat, Ellen menjawab ingin mengunjungi sang Ibu di Amerika. “Saya sudah merencanakan mengunjungi mami di pertengahan Bulan Februari nanti. Mami sudah berusia 91 tahun, dan saya bersyukur selama ini sudah menjaga dan merawat saya”.
Tinggalkan Balasan