MANADO – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memimpin rapat secara virtual terkait penanganan gelombang ketiga Covid-19 dari Istana Negara, Senin (7/2/2022).
Rapat tersebut diikuti seluruh kepala daerah, Pangdam, Kapolda, Danrem, Dandim dan para Kapolres se-Indonesia.
Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey mengikutinya bersama Forkopimda Sulut di ruang rapat Gubernur Sulut.
Presiden Jokowi dalam aragab menyampaikan bahwa di awal tahun 2022 ini, pandemi Covid-19 di seluruh penjuru dunia belum sepenuhnya berakhir, termasuk di Indonesia.
Presiden menjelaskan, meskipun di tahun 2020 – 2021 Indonesia mampu melewati gelombang demi gelombang Covid-19 termasuk yang terakhir gelombang varian Delta, tetapi memasuki tahun 2022 Indonesia menghadapi ancaman varian Omicron yang penularannya 4 kali lebih cepat daripada varian Delta.
“Kalau kita melihat tren kasus varian Omicron dunia seperti di Amerika, Inggris dan Prancis, kasus barunya masih sangat tinggi, meskipun untuk tingkat rawatnya masih di bawah varian Delta,” ujar Presiden.
Kepala Negara mengungkapkan, dengan belajar dari negara-negara lain, Indonesia dapat menghadapi ancaman varian Omicron lewat manajemen penanganan yang lebih baik dibandingkan saat menghadapi varian Delta di tahun 2020 maupun 2021.
“Jika dilihat tren kasus Omicron di Indonesia hingga saat ini, 93% kasus Omicron terdapat di Pulau Jawa dan Bali,” terangnya
Untuk itu, Presiden menegaskan agar semua pihak selalu berhati-hati dalam menghadapi kenaikan kasus Omicron. Kepada para kepala daerah, Presiden mengimbau untuk meningkatkan lagi penerapan protokol kesehatan di daerah masing-masing.
“Semuanya harus sudah siap, manajemen detail harus (disiapkan). Jangan sampai Omicronnya datang, rumah sakit belum siap, oksigen belum disiapkan, obat-obatan belum disiapkan, ISO Tank belum disiapkan. Yang belum, segera menyiapkan diri menghadapi gelombang Omicron yang akan masuk,” bebernya.
Diketahui, untuk karakter pasien yang dirawat di rumah sakit untuk secara nasional, 66% bergejala ringan dan tanpa gejala, 93% tanpa pengorbit, dan 7% dengan komorbid. Sementara itu, karakter pasien yang meninggal pada kasus Omicron, 69% adalah mereka yang belum vaksin lengkap.
“Artinya, vaksin menjadi kunci bagi penanganan varian omicron untuk menekan angka kematian. Oleh sebab itu, percepatan vaksinasi, capaian vaksinasi sangat menentukan,” terangnya.
“Saya minta bupati/walikota dan gubernur melihat kota dan kabupaten mana yang masih dibawah 70% capaian vaksinasinya. Panglima TNI, Kapolri, Kabin, BKKBN dan seluruh jajarannya pangdam, kapolda, kapolres, dandim, danrem, semuanya melihat angka-angka ini agar dipercepat program vaksinasi utamanya untuk lansia. Yang di luar Jawa-Bali juga, agar dilihat terutama untuk dosis 2. Sedang dosis 2 untuk lansia agar dipercepat,” tutup Presiden.
Terkait arahan Presiden, Gubernur Olly menyebut siap menindaklanjutinya.
“Kita akan buat tempat isolasi terpadu. Itu saya sudah bicarakan bersama pak Kapolda dan Pangdam,” bebernya.
Ia juga menjelaskan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 terus digenjot untuk mengejar target herd immunity (kekebalan kelompok).
“Makanya, vaksinasi ini penting. Karena kalau kita terpapar, efeknya tidak akan parah. Mari juga kita tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan,” pungkasnya. (rivco tololiu)
Tinggalkan Balasan